Diksia.com - Pengobatan penyakit Tuberkulosis (TBC) seringkali memerlukan waktu yang panjang, minimal 6 bulan, dengan konsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara rutin. Di antara jenis OAT yang wajib diminum, salah satunya dikenal sebagai si obat merah yang menimbulkan efek samping paling khas.
Ya, kita bicara tentang Rifampisin. Obat ini adalah salah satu komponen kunci dalam regimen pengobatan TBC lini pertama, dan terkenal karena kemampuannya membuat urine, air mata, bahkan keringat, berubah warna menjadi kemerahan.
Bagi sebagian orang, perubahan warna ini bisa memicu kekhawatiran. Namun, benarkah semua efek samping OAT, terutama yang melibatkan Rifampisin, selalu berbahaya? Mari kita telaah lebih dalam.
Efek Samping Obat TBC Merah yang Umum Terjadi
Obat TBC merah yang mengandung rifampisin memang menjadi andalan dalam pengobatan tuberkulosis. Namun, kamu harus tahu bahwa obat ini juga bisa menyebabkan efek samping yang perlu diwaspadai.
Salah satu yang paling sering terjadi adalah perubahan warna urine menjadi merah, termasuk juga warna keringat dan air mata. Meski terlihat mengkhawatirkan, efek ini sebenarnya tidak berbahaya karena berasal dari zat pewarna alami obat tersebut.
Selain itu, rasa mual dan muntah juga sering dialami selama pengobatan TBC. Rasa tidak nyaman di saluran pencernaan ini umumnya disebabkan oleh iritasi obat pada lambung dan pengaruh pada sistem saraf pusat dari beberapa obat seperti isoniazid.
Efek Samping Serius yang Perlu Diperhatikan
Meski jarang, obat TBC merah juga bisa menyebabkan efek samping yang lebih serius, terutama yang berhubungan dengan fungsi hati. Kulit dan mata yang menguning jadi tanda bahwa hati mulai terganggu dan ini harus segera ditangani agar tidak berkembang menjadi hepatitis obat atau bahkan gagal hati.
Selain itu, gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur dan sulit membedakan warna juga merupakan efek samping yang berasal dari obat lain dalam rangkaian pengobatan TBC, etambutol, yang biasa dikonsumsi bersamaan.
Efek Samping Lain dan Penanganannya
Obat TBC bisa menyebabkan gatal atau kemerahan pada kulit akibat alergi. Kesemutan hingga mati rasa pada tangan dan kaki juga dialami beberapa pasien karena pengaruh obat isoniazid terhadap sistem saraf tepi. Biasanya, gejala ini bisa diatasi dengan pemberian vitamin B6 (piridoksin).
Gangguan lain yang mungkin muncul meliputi nyeri sendi, detak jantung cepat, hingga riwayat psikosis ringan seperti halusinasi atau kebingungan, walau kejadian ini sangat jarang.
Pentingnya Konsistensi Minum Obat
Meskipun kamu mungkin terganggu dengan efek samping tersebut, jangan berhenti minum obat TBC tanpa berkonsultasi dengan dokter. Penghentian obat sebelum masa pengobatan selesai berisiko membuat penyakit TB kambuh atau menjadi resisten terhadap obat.
Jika muncul efek samping berat, dokter biasanya akan menyesuaikan dosis atau mengganti obat dengan yang lebih aman sesuai kondisimu. Konsistensi dan disiplin dalam minum obat adalah kunci utama agar TBC dapat sembuh total tanpa risiko komplikasi lanjutan.