Diksia.com - Kamu mungkin pernah mendengar tentang kortikosteroid atau bahkan pernah mengonsumsinya. Sering dijuluki sebagai “obat dewa,” kortikosteroid memang sangat ampuh dalam meredakan peradangan, mengatasi alergi parah, atau menangani penyakit autoimun. Cara kerjanya yang cepat dan efektif seringkali membuat kita merasa lega seketika.
Namun, di balik keampuhannya, obat ini menyimpan potensi efek samping yang tidak bisa diabaikan, terutama jika digunakan dalam dosis tinggi atau jangka waktu lama. Penting bagi kita untuk memahami betul sisi lain dari obat ini agar penggunaannya tetap aman dan terkontrol.
Memahami Cara Kerja Kortikosteroid
Sebelum membahas efek sampingnya, mari kita pahami dulu apa itu kortikosteroid. Kortikosteroid adalah kelompok obat yang menyerupai hormon alami yang diproduksi oleh kelenjar adrenal di tubuh, yaitu hormon kortisol. Obat ini bekerja dengan cara menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, sehingga efektif untuk mengurangi peradangan dan reaksi alergi.
Kortikosteroid tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet atau suntikan (sistemik) hingga krim oles, obat hirup (inhaler), atau tetes mata. Semakin lama dan tinggi dosis penggunaan sistemik, semakin besar pula risiko efek samping yang mungkin kamu alami.
Efek Samping Jangka Pendek yang Umum
Saat kamu mengonsumsi kortikosteroid dalam waktu singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), biasanya efek samping yang muncul tergolong ringan dan akan hilang setelah pengobatan dihentikan.
Efek samping yang umum terjadi antara lain:
- Peningkatan Nafsu Makan dan Berat Badan: Jangan kaget jika nafsu makanmu tiba-tiba meningkat. Ini bisa berujung pada kenaikan berat badan.
- Perubahan Suasana Hati: Kamu mungkin jadi lebih mudah marah, gelisah, atau bahkan mengalami insomnia.
- Gangguan Pencernaan: Rasa tidak nyaman di ulu hati, mual, atau sakit maag. Risiko ini meningkat jika kamu mengonsumsinya bersamaan dengan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
- Wajah Membulat (Moon Face): Penumpukan cairan dan lemak di wajah dapat membuatnya terlihat lebih bulat.
Risiko Serius: Efek Samping Jangka Panjang
Inilah bagian yang harus kita waspadai. Penggunaan kortikosteroid sistemik dalam jangka panjang (lebih dari beberapa bulan) bisa memengaruhi hampir semua sistem organ di tubuh dan menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.
1. Gangguan Tulang dan Otot
Kortikosteroid dapat mengganggu proses pembentukan tulang baru dan mengurangi penyerapan kalsium. Akibatnya:
- Osteoporosis: Pengeroposan tulang yang membuat tulang rapuh dan mudah patah, terutama di tulang belakang dan pinggul.
- Kelemahan Otot (Miopati): Otot, terutama di paha dan bahu, bisa menjadi lemah.
- Nekrosis Avaskular: Kematian jaringan tulang akibat terganggunya aliran darah, sering terjadi di pinggul.
2. Masalah Kulit
Penggunaan krim atau salep kortikosteroid yang berlebihan pada area kulit yang sama bisa menyebabkan:
- Penipisan Kulit: Kulit menjadi lebih tipis, mudah memar, dan rentan luka.
- Munculnya Stretch Mark (Striae): Terutama di area lipatan kulit.
- Jerawat dan Sulit Sembuh Luka: Proses penyembuhan luka juga bisa terhambat.
3. Gangguan Hormonal dan Metabolik
Obat ini dapat memengaruhi hormon alami tubuh, yang memicu:
- Sindrom Cushing: Kondisi ini ditandai dengan penumpukan lemak di bahu (buffalo hump), wajah bulat (moon face), dan penipisan lengan serta kaki.
- Diabetes: Kortikosteroid meningkatkan kadar gula darah, yang dapat memperburuk diabetes yang sudah ada atau memicu diabetes baru.
- Hipertensi: Peningkatan tekanan darah akibat retensi cairan dan natrium.
4. Masalah Mata
- Katarak: Kekeruhan pada lensa mata yang mengganggu penglihatan.
- Glaukoma: Peningkatan tekanan di dalam mata yang dapat merusak saraf optik.
5. Rentan Terhadap Infeksi
Kortikosteroid menekan sistem kekebalan tubuh untuk mengurangi peradangan. Efeknya, tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi bakteri, virus, maupun jamur.
Pencegahan dan Penggunaan yang Aman
Melihat daftar efek samping di atas, kita mungkin merasa khawatir. Namun, kita tidak perlu takut, asalkan penggunaan kortikosteroid dilakukan dengan bijak dan dalam pengawasan dokter.
Penting untuk diingat:
- Jangan Pernah Berhenti Mendadak: Jika kamu mengonsumsi kortikosteroid sistemik (tablet/suntikan) dalam jangka waktu lama, penghentian tiba-tiba dapat menyebabkan gejala penarikan (withdrawal) yang berbahaya, seperti kelelahan ekstrem, mual, sakit perut, hingga tekanan darah rendah. Dokter akan selalu menyarankan penurunan dosis secara bertahap (tapering off).
- Jaga Asupan Kalsium dan Vitamin D: Untuk mencegah osteoporosis, pastikan kamu mengonsumsi makanan kaya kalsium dan vitamin D, atau suplemen sesuai anjuran dokter.
- Kontrol Gaya Hidup: Batasi asupan garam, gula, dan lemak untuk mengontrol berat badan dan tekanan darah. Olahraga teratur juga sangat dianjurkan.
- Inhaler dan Krim Oles: Untuk kortikosteroid inhaler, berkumur setelah pemakaian bisa mengurangi risiko infeksi jamur di mulut. Untuk krim oles, gunakan sesuai dosis dan hindari penggunaan di area lipatan tubuh tanpa anjuran dokter.
- Konsultasi dengan Dokter: Selalu informasikan riwayat kesehatanmu (seperti diabetes, hipertensi, atau osteoporosis) dan obat-obatan lain (termasuk herbal dan suplemen) yang sedang kamu konsumsi.
Kortikosteroid merupakan obat yang luar biasa, tetapi membutuhkan rasa hormat dan kehati-hatian dalam penggunaannya. Gunakanlah sebagai solusi, bukan kebiasaan, dan selalu ikuti petunjuk doktermu. Kesehatanmu adalah prioritas!