Diksia.com - Bagi kamu yang menjalani atau mendampingi orang terkasih dalam menjalani prosedur cuci darah atau dialisis, tentu memahami bahwa ini adalah penyelamat hidup ketika fungsi ginjal sudah tak lagi optimal.
Prosedur ini bekerja menggantikan tugas ginjal dalam menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah. Namun, seperti halnya tindakan medis lainnya, cuci darah juga tidak luput dari potensi efek samping.
Penting bagi kita untuk memahami apa saja efek samping ini—baik yang umum maupun yang serius—agar dapat diantisipasi dan ditangani dengan tepat. Mengenali gejalanya sejak dini adalah kunci untuk menjaga kualitas hidup selama menjalani terapi ini.
Efek Samping Umum Setelah Sesi Cuci Darah (Hemodialisis)
Proses penyaringan darah yang cepat pada metode hemodialisis sering kali memicu reaksi jangka pendek. Ini adalah efek samping yang paling sering dikeluhkan dan umumnya terjadi selama atau sesaat setelah sesi perawatan selesai.
1. Penurunan Tekanan Darah (Hipotensi)
Ini adalah efek samping yang paling sering ditemui. Penurunan tekanan darah terjadi karena adanya penarikan cairan berlebih dari tubuh secara cepat. Gejalanya bisa berupa rasa pusing, mual, hingga muntah. Bagi kamu yang memiliki riwayat diabetes, risiko hipotensi saat cuci darah mungkin lebih tinggi.
2. Kram Otot
Tidak sedikit pasien yang merasakan kram, terutama di area kaki bagian bawah (betis), saat menjalani hemodialisis. Penyebab pastinya tidak selalu jelas, tetapi diduga terkait dengan hilangnya cairan dan ketidakseimbangan elektrolit, seperti kalium dan kalsium, dalam tubuh.
3. Kelelahan Berlebihan
Rasa lemas atau lelah yang berkepanjangan adalah keluhan umum jangka panjang. Kelelahan ini bisa disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk penyakit ginjal itu sendiri, efek dari dialisis pada tubuh, pembatasan diet, hingga beban psikologis seperti stres dan kecemasan.
4. Kulit Gatal
Kulit terasa kering dan gatal juga sering terjadi. Kondisi ini dapat diperburuk oleh penumpukan mineral tertentu, seperti fosfor, di dalam darah yang tidak sepenuhnya terangkat selama proses dialisis.
Risiko Komplikasi Serius yang Perlu Diwaspadai
Meskipun cuci darah sangat membantu, ada beberapa komplikasi serius yang harus kita kenali dan waspadai, karena bisa mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
1. Infeksi
Akses vaskular (fistula, graft, atau kateter) yang digunakan untuk menghubungkan tubuhmu ke mesin dialisis adalah jalan masuk yang potensial bagi bakteri. Infeksi di area ini bisa menyebar ke aliran darah dan memicu Sepsis (infeksi darah yang parah).
Tanda-tanda infeksi yang harus kamu waspadai meliputi demam tinggi, menggigil, dan munculnya kemerahan, bengkak, atau nyeri di sekitar lokasi akses cuci darah.
2. Anemia
Anemia atau kurang darah merupakan komplikasi umum pada penderita gagal ginjal, dan proses cuci darah dapat memengaruhi kondisi ini. Hal ini terjadi karena ginjal yang sakit tidak mampu lagi memproduksi hormon eritropoietin yang merangsang pembentukan sel darah merah, ditambah lagi adanya kehilangan darah minimal saat setiap sesi dialisis.
3. Masalah Jantung dan Pembuluh Darah
Dalam jangka panjang, pasien cuci darah memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. Ketidakseimbangan elektrolit (misalnya kalium yang terlalu tinggi) serta penarikan cairan yang terlalu cepat dapat membebani jantung dan memicu aritmia (gangguan irama jantung).
Efek Samping Khusus Dialisis Peritoneal
Jika kamu menjalani metode Dialisis Peritoneal (DP), yang menggunakan lapisan perut (peritoneum) sebagai filter, efek samping yang mungkin timbul sedikit berbeda:
1. Peritonitis
Ini adalah infeksi serius pada lapisan peritoneum dan merupakan komplikasi paling umum dari DP. Infeksi ini sering disebabkan oleh bakteri yang masuk saat penggantian cairan dialisat. Gejalanya meliputi sakit perut parah, demam, dan cairan dialisat menjadi keruh. Peritonitis harus segera ditangani dengan antibiotik.
2. Kenaikan Berat Badan dan Hernia
Cairan dialisat yang digunakan pada DP mengandung glukosa. Penyerapan glukosa ini dapat menambah asupan kalori dan memicu kenaikan berat badan. Selain itu, adanya cairan yang menekan rongga perut secara terus-menerus dapat melemahkan otot perut dan meningkatkan risiko terjadinya Hernia (munculnya benjolan di perut).
Kiat Mengatasi dan Mengantisipasi Efek Samping
Meskipun efek samping bisa mengganggu, banyak di antaranya yang bisa dikelola dengan baik. Kunci utama keberhasilan terapi cuci darah ada pada kedisiplinan dan komunikasi yang baik dengan tim medis.
Efek Samping | Kiat Mengatasi dan Antisipasi |
Hipotensi | Batasi asupan cairan dan garam sesuai anjuran. Konsultasikan dengan dokter untuk penyesuaian obat anti-hipertensi. |
Kram Otot | Hindari penarikan cairan berlebih saat dialisis. Lakukan peregangan ringan pada otot yang kram, atau kompres hangat. |
Kulit Gatal | Batasi makanan tinggi fosfor (daging, kacang-kacangan) dan minum obat pengikat fosfat sesuai resep dokter. Gunakan pelembap kulit. |
Infeksi/Peritonitis | Jaga kebersihan area akses cuci darah (fistula atau kateter) dengan ketat. Laporkan segera tanda-tanda demam atau infeksi ke petugas kesehatan. |
Cuci darah adalah sebuah perjalanan panjang. Dengan pemahaman yang akurat tentang efek samping cuci darah dan komitmen untuk mengikuti saran medis, kamu bisa meminimalkan risiko dan tetap menjalani hidup dengan lebih berenergi. Jangan ragu untuk selalu berdiskusi terbuka dengan tim dokter dan perawatmu tentang setiap keluhan yang kamu rasakan.