Tren dan Tantangan Terbaru Mata Uang Benua Afrika di Tengah Ketidakpastian Global

RediksiaMinggu, 12 Oktober 2025 | 08:26 WIB
Tren dan Tantangan Terbaru Mata Uang Benua Afrika di Tengah Ketidakpastian Global
Tren dan Tantangan Terbaru Mata Uang Benua Afrika di Tengah Ketidakpastian Global

Diksia.com - Benua Afrika, dengan kekayaan sumber daya alam dan potensi pertumbuhan yang besar, menyimpan cerita kompleks di balik mata uangnya. Dari lusinan mata uang yang berbeda, mulai dari Rand Afrika Selatan, Naira Nigeria, hingga puluhan negara yang menggunakan Franc CFA, kamu akan menemukan lanskap ekonomi yang dinamis sekaligus penuh tantangan.

Artikel ini akan mengajak kamu menyelami kondisi terkini mata uang di Benua Hitam, menyoroti mana yang kuat dan mana yang sedang berjuang keras.

1. Dinar Tunisia: Sang Juara yang Kian Kuat

Mungkin kamu terkejut, tetapi data terkini menunjukkan bahwa Dinar Tunisia (TND) memegang predikat sebagai mata uang terkuat di Afrika, relatif terhadap Dolar Amerika Serikat. Kekuatan ini tidak didukung oleh kekayaan minyak atau ekspor bernilai tinggi, melainkan oleh kebijakan fiskal yang hati-hati, pengendalian inflasi yang relatif efektif, dan tata kelola yang konsisten.

Hal ini menjadi tolok ukur penting bagi investor dan pembuat kebijakan, sebab stabilitas Dinar Tunisia mencerminkan fundamental ekonomi yang solid, terlepas dari tantangan regional. Selain Tunisia, mata uang lain seperti Pula Botswana dan Rupee Seychelles juga sering dianggap memiliki ketahanan yang baik.

2. Tekanan Global Menghantam Rand dan Naira

Di sisi lain benua, mata uang dari ekonomi besar justru menghadapi tekanan berat. Rand Afrika Selatan (ZAR), yang menjadi mata uang paling aktif diperdagangkan di Afrika, terus mengalami fluktuasi signifikan, dipengaruhi oleh suku bunga global, harga komoditas, dan isu domestik.

Situasi yang lebih dramatis dialami Naira Nigeria (NGN). Di tengah upaya reformasi ekonomi dan penghapusan subsidi, Naira mengalami penurunan tajam.

Kelangkaan Dolar AS menjadi salah satu ancaman besar di banyak negara Afrika, termasuk Nigeria, di mana cadangan devisa yang terbatas membuat mata uang lokal tertekan dan mempersulit repatriasi dividen bagi investor asing. Krisis likuiditas Dolar ini berpotensi menyeret negara-negara ini ke jurang krisis yang lebih dalam.

3. Franc CFA: Masa Depan Mata Uang Bersama

Afrika Barat dan Afrika Tengah memiliki dua mata uang bersama, yaitu Franc CFA (Franc Komunitas Keuangan Afrika). Mata uang ini dipatok ke Euro dan menjadi isu hangat karena perannya yang kontroversial.

Bagi sebagian pihak, Franc CFA menawarkan stabilitas dan keterkaitan dengan pasar Eropa. Namun, kritik keras dialamatkan pada sistem ini karena dianggap membatasi kedaulatan moneter dan memicu pelarian modal.

Tantangan terhadap Franc CFA terus mengemuka seiring dengan meningkatnya keinginan negara-negara di Afrika untuk memiliki kontrol penuh atas kebijakan moneter mereka.

4. Pelajaran dari Zimbabwe: Emas sebagai Penyelamat

Kita tidak bisa membicarakan mata uang Afrika tanpa menyinggung Zimbabwe. Setelah bertahun-tahun berjuang melawan hiperinflasi yang melumpuhkan dan bahkan mengizinkan penggunaan Dolar AS secara luas, Zimbabwe kembali membuat gebrakan.

Pada April 2024, mereka meluncurkan mata uang baru yang dikenal sebagai ZiG (Zimbabwe Gold). Yang membuat ZiG unik adalah penerapannya menggunakan standar emas, artinya ia didukung oleh cadangan emas dan mata uang asing di bank sentral.

Langkah ini merupakan upaya drastis pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan publik dan mengurangi ketidakstabilan mata uang, memberikan pelajaran penting tentang bagaimana negara dapat mengambil langkah ekstrem untuk mengatasi krisis mata uang berkepanjangan.

5. Melihat ke Depan: Stabilitas dan Diversifikasi

Dinamika mata uang Benua Afrika mencerminkan dua hal utama: kerentanan terhadap guncangan eksternal (seperti harga komoditas dan kebijakan suku bunga global) dan pentingnya tata kelola ekonomi lokal.

Bagi kamu yang tertarik berinvestasi atau sekadar mengamati, kunci stabilitas terletak pada upaya negara-negara ini mengendalikan inflasi, memperbaiki neraca perdagangan, dan mengurangi ketergantungan pada barang impor.

Inisiatif jangka panjang seperti integrasi mata uang regional atau eksplorasi Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC) diperkirakan akan mengubah peta kekuatan mata uang di benua ini di masa mendatang.

Jelas terlihat, perjalanan Afrika menuju kemandirian moneter masih panjang, tetapi penuh peluang.