Sejarah Kartu Kredit di Dunia dan Indonesia, Evolusi Pembayaran yang Mengubah Hidup

RediksiaSenin, 15 September 2025 | 14:15 WIB
Sejarah Kartu Kredit di Dunia dan Indonesia, Evolusi Pembayaran yang Mengubah Hidup
Sejarah Kartu Kredit di Dunia dan Indonesia, Evolusi Pembayaran yang Mengubah Hidup

Diksia.com - Kartu kredit telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, memudahkan transaksi tanpa uang tunai. Kita sering menggunakannya untuk belanja, traveling, atau pembayaran online, tapi tahukah kamu bagaimana perjalanan panjangnya dimulai?

Artikel ini akan mengupas sejarah kartu kredit di dunia dan Indonesia secara lengkap, termasuk update terkini di tahun 2025, agar kamu bisa memahami evolusi inovasi keuangan ini dengan lebih baik.

Awal Mula Sejarah Kartu Kredit di Dunia

Perkembangan kartu kredit dimulai sejak awal abad ke-20, ketika beberapa perusahaan mulai menawarkan sistem pembayaran kredit sederhana untuk pelanggan setia. Misalnya, perusahaan pengisian bahan bakar minyak di Amerika Serikat memberikan kartu khusus agar pembeli bisa membayar nanti. Ini menjadi cikal bakal konsep kredit hari ini.

Pada 1946, sistem pembayaran kredit yang lebih terstruktur lahir melalui inisiatif John Biggins dari Flatbush National Bank di Brooklyn, New York. Sistem ini disebut Charge-It, yang memungkinkan nasabah membayar tagihan di akhir bulan.

Namun, momen ikonik terjadi pada 1949, saat Frank McNamara, seorang pengusaha, lupa membawa dompet saat makan malam di restoran mewah. Kejadian memalukan itu mendorongnya mendirikan Diners Club, yang menerbitkan kartu kredit universal pertama pada 1950. Kartu ini awalnya hanya untuk 200 anggota, tapi cepat populer di kalangan eksekutif bisnis.

Tahun 1950-an menjadi era ekspansi besar. American Express meluncurkan kartunya pada 1958, diikuti BankAmericard (yang kemudian menjadi Visa) dan Master Charge (sekarang Mastercard) pada 1966.

Inovasi ini merevolusi perdagangan global, karena memungkinkan pembayaran lintas batas tanpa ribet. Hingga kini, teknologi chip dan pembayaran kontakless telah membuatnya lebih aman dari penipuan.

Masuknya Kartu Kredit ke Indonesia

Di Indonesia, kartu kredit baru dikenal pada era 1980-an, saat ekonomi mulai terbuka pasca-reformasi. Bank Duta menjadi pelopor dengan bekerja sama prinsipal internasional Visa dan Mastercard.

Awalnya, layanan ini terbatas untuk kalangan elit seperti pebisnis dan ekspatriat, karena infrastruktur perbankan masih berkembang. Penggunaannya pun sederhana, terutama untuk transaksi di hotel, restoran, dan toko mewah di kota besar seperti Jakarta.

Pada 1990-an, kompetisi antar bank memicu pertumbuhan pesat. Bank seperti BCA, Mandiri, dan BNI ikut berpartisipasi, menawarkan berbagai jenis kartu dengan reward seperti poin miles atau cashback.

Regulasi dari Bank Indonesia juga semakin ketat untuk melindungi konsumen dari utang berbunga tinggi. Kini, kartu kredit telah merakyat, dengan jutaan pemegang kartu yang menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari.

Perkembangan Terkini Kartu Kredit di Indonesia Tahun 2025

Tahun 2025 menandai babak baru bagi kartu kredit di Indonesia, didorong oleh digitalisasi dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Data menunjukkan jumlah kartu kredit beredar mencapai 18,68 juta keping per April 2025, naik dari 18,18 juta keping tahun sebelumnya—peningkatan sekitar 500.000 keping.

Volume transaksi juga melonjak, dengan 41,83 juta kali pada Januari 2025, tumbuh 15,89 persen dibanding periode sama tahun lalu. Bank Indonesia memperpanjang keringanan pembayaran tagihan hingga 31 Desember 2025, membantu masyarakat menjaga konsumsi di tengah fluktuasi harga.

Tren pembayaran digital semakin kuat, dengan Visa dan Mastercard mendominasi pasar—Visa naik 15 persen dan Mastercard 34 persen pada kuartal pertama. Integrasi dengan fintech seperti QRIS dan dompet digital membuat transaksi lebih cepat, sementara fitur keamanan seperti biometrik mengurangi risiko.

Namun, tantangan tetap ada, seperti peningkatan baki debet buy now pay later (BNPL) yang mencapai Rp21,89 triliun per Mei 2025, naik 25,41 persen. Ini mengingatkan kita untuk bijak dalam penggunaan, agar manfaatnya tak berubah menjadi beban.