Reksadana: Pengertian, Keuntungan, Risiko, dan Jenisnya

RediksiaSabtu, 13 Januari 2024 | 14:28 WIB
Reksadana: Pengertian, Keuntungan, Risiko, dan Jenisnya
Reksadana: Pengertian, Keuntungan, Risiko, dan Jenisnya

Diksia.com - Reksadana adalah salah satu instrumen investasi yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak orang yang tertarik untuk berinvestasi di reksadana karena dianggap mudah, murah, dan menguntungkan. Tapi, sebelum kamu memutuskan untuk membeli reksadana, ada baiknya kamu mengenal lebih dalam apa itu reksadana, bagaimana cara kerjanya, apa saja keuntungan dan risikonya, serta apa saja jenis-jenis reksadana yang ada di pasar modal.

Pengertian Reksadana

Secara sederhana, reksadana adalah kumpulan dana dari banyak investor yang dikelola oleh manajer investasi profesional untuk diinvestasikan ke dalam berbagai instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, pasar uang, atau campuran dari ketiganya. Dengan kata lain, reksadana adalah cara untuk berinvestasi secara kolektif atau bersama-sama dengan investor lain.

Setiap investor yang berpartisipasi dalam reksadana akan mendapatkan bukti kepemilikan yang disebut unit penyertaan. Unit penyertaan ini menunjukkan proporsi kepemilikan investor terhadap portofolio reksadana. Nilai unit penyertaan ini akan berubah-ubah sesuai dengan kinerja reksadana. Jika reksadana mengalami kenaikan nilai, maka unit penyertaan juga akan naik, begitu pula sebaliknya.

Keuntungan Reksadana

Berinvestasi di reksadana memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

  • Mudah dan praktis. Kamu tidak perlu repot-repot memilih dan membeli instrumen keuangan sendiri, karena sudah ada manajer investasi yang akan melakukannya untuk kamu. Kamu hanya perlu memilih jenis reksadana yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi kamu, lalu membeli unit penyertaannya melalui bank, perusahaan sekuritas, atau platform online. Kamu juga bisa mencairkan unit penyertaan kamu kapan saja kamu mau.
  • Murah dan terjangkau. Kamu bisa mulai berinvestasi di reksadana dengan modal yang relatif kecil, mulai dari Rp 100.000 atau bahkan lebih rendah4. Selain itu, biaya-biaya yang dikenakan oleh manajer investasi juga cukup rendah, seperti biaya pembelian, biaya penjualan, biaya pengalihan, dan biaya manajemen. Biaya-biaya ini biasanya sudah dipotong dari nilai unit penyertaan, sehingga kamu tidak perlu membayar secara terpisah.
  • Menguntungkan dan berpotensi. Reksadana memiliki potensi untuk memberikan keuntungan yang lebih tinggi daripada instrumen keuangan lainnya, terutama reksadana saham. Reksadana saham adalah reksadana yang menginvestasikan sebagian besar dananya ke dalam saham-saham yang terdaftar di bursa efek. Reksadana saham memiliki risiko yang tinggi, tetapi juga memiliki imbal hasil yang tinggi. Selain itu, reksadana juga memberikan keuntungan berupa deviden atau pembagian laba dari instrumen keuangan yang dimiliki oleh reksadana.
  • Terdiversifikasi dan terproteksi. Reksadana memiliki prinsip diversifikasi, yaitu menyebarkan dana ke dalam berbagai instrumen keuangan yang berbeda. Dengan demikian, risiko kerugian akibat penurunan nilai salah satu instrumen keuangan bisa diminimalkan oleh kenaikan nilai instrumen keuangan lainnya. Selain itu, reksadana juga terproteksi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator pasar modal. OJK mengawasi dan mengatur semua aktivitas yang berkaitan dengan reksadana, termasuk manajer investasi, bank kustodian, dan agen penjual. OJK juga memberikan perlindungan hukum bagi investor reksadana.

Risiko Reksadana

Meskipun memiliki banyak keuntungan, reksadana juga memiliki risiko yang harus kamu ketahui, antara lain:

  • Risiko pasar. Risiko pasar adalah risiko yang disebabkan oleh perubahan kondisi pasar yang mempengaruhi nilai instrumen keuangan yang dimiliki oleh reksadana. Misalnya, jika terjadi krisis ekonomi, resesi, inflasi, atau perang, maka nilai saham, obligasi, atau pasar uang bisa turun drastis, sehingga nilai unit penyertaan reksadana juga ikut turun.
  • Risiko likuiditas. Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan oleh kesulitan untuk menjual instrumen keuangan yang dimiliki oleh reksadana. Misalnya, jika terjadi penurunan permintaan atau peningkatan penawaran terhadap instrumen keuangan tertentu, maka instrumen keuangan tersebut akan sulit dijual dengan harga yang wajar, sehingga nilai unit penyertaan reksadana juga ikut menurun.
  • Risiko kredit. Risiko kredit adalah risiko yang disebabkan oleh gagal bayar atau default dari pihak yang menerbitkan instrumen keuangan yang dimiliki oleh reksadana. Misalnya, jika sebuah perusahaan yang menerbitkan obligasi tidak mampu membayar bunga atau pokok obligasinya, maka nilai obligasi tersebut akan menurun, sehingga nilai unit penyertaan reksadana juga ikut menurun.
  • Risiko manajemen. Risiko manajemen adalah risiko yang disebabkan oleh kesalahan atau ketidakmampuan manajer investasi dalam mengelola dana reksadana. Misalnya, jika manajer investasi salah memilih atau salah mengalokasikan instrumen keuangan, maka kinerja reksadana akan menurun, sehingga nilai unit penyertaan reksadana juga ikut menurun.

Jenis Reksadana

Reksadana memiliki berbagai jenis yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan tujuan investasinya. Berikut adalah beberapa jenis reksadana yang umum ditemukan di pasar modal:

  • Reksadana pasar uang. Reksadana pasar uang adalah reksadana yang menginvestasikan sebagian besar dananya ke dalam instrumen pasar uang, seperti deposito, sertifikat bank Indonesia (SBI), atau obligasi jangka pendek. Reksadana pasar uang memiliki risiko yang rendah, tetapi juga memiliki imbal hasil yang rendah. Reksadana pasar uang cocok untuk kamu yang ingin berinvestasi dalam jangka waktu pendek, yaitu kurang dari satu tahun.
  • Reksadana pendapatan tetap. Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang menginvestasikan sebagian besar dananya ke dalam instrumen bersifat utang, seperti obligasi, surat utang negara (SUN), atau surat berharga komersial (SBK). Reksadana pendapatan tetap memiliki risiko yang sedang, tetapi juga memiliki imbal hasil yang sedang. Reksadana pendapatan tetap cocok untuk kamu yang ingin berinvestasi dalam jangka waktu menengah, yaitu antara satu hingga lima tahun.
  • Reksadana campuran. Reksadana campuran adalah reksadana yang menginvestasikan dananya ke dalam berbagai instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, pasar uang, atau aset lainnya. Reksadana campuran memiliki risiko yang bervariasi, tergantung pada komposisi portofolionya. Reksadana campuran cocok untuk kamu yang ingin berinvestasi dalam jangka waktu panjang, yaitu lebih dari lima tahun, dengan tingkat risiko yang moderat.
  • Reksadana saham. Reksadana saham adalah reksadana yang menginvestasikan sebagian besar dananya ke dalam saham-saham yang terdaftar di bursa efek. Reksadana saham memiliki risiko yang tinggi, tetapi juga memiliki imbal hasil yang tinggi. Reksadana saham cocok untuk kamu yang ingin berinvestasi dalam jangka waktu panjang, yaitu lebih dari lima tahun, dengan tingkat risiko yang agresif.

Cara Memilih Reksadana

Setelah mengetahui apa itu reksadana, keuntungan, risiko, dan jenis-jenisnya, kamu mungkin tertarik untuk berinvestasi di reksadana. Namun, sebelum kamu membeli unit penyertaan reksadana, ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan, antara lain:

  • Profil risiko dan tujuan investasi. Kamu harus menentukan seberapa besar risiko yang kamu siap tanggung dan apa tujuan investasi kamu. Apakah kamu ingin berinvestasi dalam jangka pendek, menengah, atau panjang? Apakah kamu ingin mendapatkan imbal hasil yang stabil, moderat, atau tinggi? Apakah kamu ingin berinvestasi untuk dana darurat, dana pendidikan, dana pensiun, atau dana lainnya? Dengan mengetahui profil risiko dan tujuan investasi kamu, kamu bisa memilih jenis reksadana yang sesuai dengan kebutuhan kamu.
  • Kinerja reksadana. Kamu harus membandingkan kinerja reksadana yang kamu minati dengan reksadana sejenis atau indeks acuan. Kinerja reksadana bisa dilihat dari nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan, imbal hasil tahunan, atau rasio Sharpe. NAB per unit penyertaan adalah nilai pasar dari seluruh aset reksadana dibagi dengan jumlah unit penyertaan yang beredar. Imbal hasil tahunan adalah persentase kenaikan atau penurunan nilai unit penyertaan reksadana dalam satu tahun. Rasio Sharpe adalah ukuran yang menggambarkan seberapa baik reksadana memberikan imbal hasil dengan mempertimbangkan risikonya. Semakin tinggi NAB, imbal hasil, dan rasio Sharpe, semakin baik kinerja reksadana.
  • Biaya reksadana. Kamu harus memperhatikan biaya-biaya yang dikenakan oleh manajer investasi atau agen penjual reksadana. Biaya-biaya ini bisa berupa biaya pembelian, biaya penjualan, biaya pengalihan, biaya manajemen, biaya kustodian, atau biaya lainnya. Biaya-biaya ini akan mengurangi nilai unit penyertaan reksadana, sehingga akan mempengaruhi imbal hasil yang kamu dapatkan. Kamu harus memilih reksadana yang memiliki biaya yang wajar dan sesuai dengan layanan yang diberikan.
  • Reputasi manajer investasi. Kamu harus memilih manajer investasi yang memiliki reputasi yang baik dan terpercaya. Manajer investasi adalah pihak yang bertanggung jawab untuk mengelola dana reksadana sesuai dengan kebijakan investasi yang telah ditetapkan. Kamu harus memastikan bahwa manajer investasi yang kamu pilih memiliki izin dari OJK, memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai, memiliki tim yang profesional dan independen, serta memiliki laporan keuangan yang transparan dan akuntabel.

Kesimpulan

Reksadana adalah salah satu instrumen investasi yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Reksadana memiliki banyak keuntungan, seperti mudah, murah, menguntungkan, terdiversifikasi, dan terproteksi. Namun, reksadana juga memiliki risiko, seperti risiko pasar, risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko manajemen.