Diksia.com - Saat kamu menginjakkan kaki di tanah piramida, kamu akan berinteraksi dengan mata uang resmi negara itu: Pound Mesir atau yang secara internasional dikenal dengan kode EGP (Egyptian Pound).
Mata uang ini, yang sering disingkat sebagai LE (dari bahasa Prancis livre égyptienne), E£, atau £E, bukan sekadar alat tukar, tetapi juga cerminan sejarah panjang Negeri Firaun.
Pound Mesir sudah menjadi mata uang resmi sejak tahun 1834, menggantikan sistem mata uang sebelumnya. Satu Pound Mesir terbagi menjadi 100 piastre atau irsh.
Piastre sendiri kadang masih dibagi lagi menjadi 10 millime, meskipun pecahan terkecil ini kini jarang digunakan.
Uang kertas Pound Mesir hadir dalam berbagai pecahan, mulai dari £1, £5, £10, £20, £50, £100, hingga £200. Sementara itu, uang koin biasanya meliputi 25 piastre, 50 piastre, dan £1.
Perhatikan desain uang kertasnya, kamu akan menemukan perpaduan harmonis antara situs-situs bersejarah Islam dan Mesir kuno, sebuah representasi visual dari kekayaan budaya negara ini.
Reformasi Moneter dan Goncangan Nilai Tukar
Dalam beberapa tahun terakhir, nilai tukar Pound Mesir menjadi sorotan utama global. Ekonomi Mesir, yang bergantung pada pariwisata, Terusan Suez, dan remitansi dari pekerja di luar negeri, sering dihadapkan pada tantangan kekurangan devisa.
Untuk mengatasi krisis ekonomi dan memenuhi persyaratan pinjaman dari lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Sentral Mesir (CBE) telah mengambil serangkaian langkah reformasi moneter yang signifikan.
Salah satu kebijakan paling krusial adalah keputusan untuk membiarkan nilai Pound Mesir mengambang bebas (floating).
Kebijakan mengambang bebas ini, yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan stabilitas pasar valuta asing, menyebabkan devaluasi substansial pada mata uang lokal.
Nilai EGP telah kehilangan sebagian besar nilainya terhadap mata uang utama seperti Dolar AS (USD) sejak beberapa tahun lalu.
Perubahan kurs yang tajam ini menunjukkan bahwa harga $1 USD kini setara dengan puluhan Pound Mesir, berbeda jauh dengan nilai tukar sebelum kebijakan ini diterapkan.
Dampak pada Perekonomian dan Inflasi
Devaluasi ini, meskipun penting untuk restrukturisasi ekonomi jangka panjang dan menarik investasi asing, memiliki dampak langsung yang berat bagi masyarakat Mesir.
Negara yang sangat bergantung pada impor menghadapi lonjakan tajam harga barang-barang kebutuhan pokok dan bahan bakar, yang kemudian mendorong tingkat inflasi melonjak tinggi, bahkan sempat mendekati angka 40% pada puncaknya.
Bank Sentral Mesir merespons dengan kebijakan moneter yang ketat, termasuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Langkah ini diambil untuk mengendalikan inflasi dan berusaha menstabilkan nilai tukar.
Kita melihat bahwa pemerintah Mesir, melalui reformasi ekonomi yang didukung oleh pinjaman dan kesepakatan investasi dari sekutu regional, berusaha keras untuk bangkit dari krisis terburuk dalam beberapa dekade ini.
Meskipun inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda, dinamika nilai tukar Pound Mesir masih menjadi indikator penting kesehatan ekonomi negara tersebut.
Bagi kamu yang berencana berkunjung atau berbisnis di Mesir, penting untuk terus memantau pergerakan EGP ke Rupiah (IDR), yang menunjukkan bahwa saat ini, setiap satu Pound Mesir setara dengan beberapa ratus Rupiah.
Pound Mesir adalah jantung dari transaksi Negeri Firaun. Memahami sejarah dan dinamika nilainya membantu kita mengapresiasi kompleksitas tantangan ekonomi yang dihadapi oleh salah satu peradaban tertua di dunia ini.
Kita berharap upaya reformasi akan membawa stabilitas jangka panjang bagi mata uang dan perekonomian Mesir.