Jejak Mata Uang VOC yang Kini Jadi Rebutan Kolektor

RediksiaJumat, 17 Oktober 2025 | 16:50 WIB
Jejak Mata Uang VOC yang Kini Jadi Rebutan Kolektor
Jejak Mata Uang VOC yang Kini Jadi Rebutan Kolektor

Diksia.com - Jika kamu sering mendengar kata “duit” untuk menyebut uang, tahukah kamu bahwa kata tersebut memiliki akar sejarah yang sangat dalam, langsung terhubung dengan masa kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Nusantara?

Kita akan menyelami kembali bagaimana Kongsi Dagang Belanda ini tidak hanya menguasai jalur rempah, tetapi juga sistem moneter di wilayah yang kini kita kenal sebagai Indonesia.

VOC, yang beroperasi sejak abad ke-17, memperkenalkan dan mengedarkan mata uangnya sendiri untuk memfasilitasi transaksi perdagangan yang masif.

Mata uang ini, yang paling umum kita kenal sebagai koin kecil berbahan tembaga, disebut Duit (sering juga ditulis Doit atau Duyit). Pencetakan koin Duit tembaga ini dimulai sekitar tahun 1726, dan menjadi alat tukar kecil yang sangat penting bagi masyarakat lokal.

Koin Duit VOC ini mudah dikenali. Di satu sisi, kamu akan menemukan lambang VOC yang legendaris, dan di sisi lain tertera lambang kerajaan Belanda.

Selain Duit, VOC juga mengedarkan mata uang dengan nominal yang lebih besar, seperti Gulden, Stuiver, dan koin perak seperti Rijksdaalder, bahkan pernah mencetak mata uang emas yang disebut Gouden Javase Rupij (Rupiah Jawa). Keberagaman mata uang ini menunjukkan betapa kompleksnya sistem ekonomi yang mereka terapkan saat itu.

Penemuan Terbaru dan Daya Tarik Numismatik

Meskipun VOC sudah lama bubar pada tahun 1799, jejak mata uangnya tidak pernah hilang. Justru, koin-koin kuno VOC kini menjadi primadona di kalangan kolektor uang kuno, atau para numismatis.

Dalam beberapa tahun terakhir, penemuan koin VOC kembali menarik perhatian publik. Misalnya, penemuan puluhan koin VOC di lokasi relokasi makam yang terdampak proyek tol di Klaten, Jawa Tengah, pada akhir tahun 2023.

Koin-koin yang ditemukan, beberapa bertuliskan tahun 1790, seringkali diduga digunakan sebagai ‘bekal kubur’ atau uang sawur—tradisi kuno yang memberikan konteks budaya yang menarik pada koin-koin bersejarah ini.

Penemuan semacam ini menunjukkan bahwa masih banyak mata uang VOC yang tersembunyi di dalam tanah Nusantara, dan setiap penemuan baru selalu memberikan informasi yang berharga bagi para arkeolog dan sejarawan. Bagi kolektor, temuan-temuan ini memicu perburuan dan meningkatkan harga pasar.

Nilai Koin Kuno VOC di Pasar Kolektor Terkini

Lalu, berapa nilai koin VOC saat ini? Nilai koin-koin ini sangat bervariasi, tergantung pada beberapa faktor: tahun pencetakan, kelangkaan, dan terutama kondisi fisik koin (grade).

Koin Duit tembaga, yang paling banyak beredar, bisa kamu temukan dengan harga yang cukup terjangkau, mulai dari belasan ribu hingga ratusan ribu rupiah per keping untuk kondisi yang standar.

Namun, jika kamu menemukan koin dengan pecahan yang lebih tinggi, seperti perak Stuiver atau Gulden, harganya bisa melonjak tajam.

Beberapa jenis koin VOC yang sering diburu kolektor dan memiliki harga jual tinggi di antaranya:

  • Koin Perak VOC 6 Stuiver: Di pasar koleksi, harganya bisa mencapai ratusan ribu hingga di atas Rp800 ribu per keping.
  • Koin Perak VOC 2½ Gulden: Pecahan besar ini juga sangat diminati, dengan nilai yang bisa mencapai ratusan ribu rupiah.
  • Koin Langka dengan Tahun Cantik: Koin Duit tembaga dengan tahun pencetakan yang unik atau langka (misalnya tahun-tahun awal atau kondisi istimewa) bisa dihargai hingga jutaan rupiah. Bahkan, ada koin super langka yang dijual dengan harga mencapai puluhan juta.

Minat yang tinggi dari para kolektor, baik dari dalam maupun luar negeri, membuat pasar mata uang kuno VOC ini tetap bergairah.

Ini membuktikan bahwa selembar atau sekeping mata uang kuno bukan sekadar alat tukar masa lalu, tetapi juga jendela sejarah yang tak ternilai harganya.

Jadi, siapa tahu, mungkin kamu juga menyimpan duit bersejarah yang bisa mengungkap kisah Nusantara masa lampau.