Syekh Siti Jenar: Biografi dan Ajaran-ajarannya yang Dinilai Kontroversial

RediksiaJumat, 5 Januari 2024 | 08:18 WIB
Syekh Siti Jenar: Biografi dan Ajaran-ajarannya yang Dinilai Kontroversial
Syekh Siti Jenar: Biografi dan Ajaran-ajarannya yang Dinilai Kontroversial

Diksia.com - Mungkin namanya tidak asing di kalangan pencinta tasawuf di Indonesia, namun sosok Syekh Siti Jenar, seorang tokoh sufi abad ke-16 di tanah Jawa, menyimpan kontroversi yang tak bisa diabaikan. Meskipun pandangannya sering kali dianggap tidak seiring dengan ajaran Walisongo, namun tak dapat dipungkiri bahwa peran Syekh Siti Jenar turut memperkaya pewarisan Islam di pulau Jawa.

Kelahiran dan Silsilah

Sejarah Syekh Siti Jenar masih terbungkus misteri, tapi dalam Biografi Lengkap Syekh Siti Jenar oleh Sartono Hadisuwarno, terkuak bahwa ia adalah anak dari seorang ulama di Malaka bernama Syekh Datuk Shaleh. Lahir di Cirebon sekitar tahun 829 H/1426 M, dengan nama kecil Sayyid Hasan Ali al-Husain.

Silsilah keluarganya pun tidak main-main. Syekh Siti Jenar memiliki hubungan keturunan dengan Nabi Muhammad SAW, melalui kakek Imam Husain asy-Syahid, hasil pernikahan Fatimah binti Muhammad SAW dengan Ali bin Abi Thalib.

Julukan Syekh Siti Jenar sendiri kental dengan nuansa bahasa Jawa, di mana “Siti” berarti ‘tanah’ dan “Jenar” mengandung makna ‘kuning’. Nama-nama lain yang melekat padanya, seperti Sunan Jepara, Sitibrit, dan Syekh Lemah Abang, menunjukkan kompleksitas perjalanannya.

Masa Kecil dan Pendidikan

Ketika Syekh Datuk Shaleh meninggal saat Siti Jenar baru berusia dua bulan, perjalanan hidupnya diawasi oleh ibunya, Ki Danusela, dan Pangeran Walangsungsang, murid pesantren Giri Amparan Jati.

Dewasa di lingkungan pesantren itu, Syekh Siti Jenar menggali ilmu Al-Quran. Bahkan, pada usia delapan tahun, dia telah menghapal Al-Quran. Sekitar tahun 1446 M, setelah meninggalkan pesantren, Siti Jenar mulai memusatkan perhatiannya pada ilmu kemakrifatan (sufi), menjelajah jauh dalam pemahaman spiritual.

Penyebaran Islam di Jawa

Kembali ke Giri Amparan Jati, tempat masa kecilnya, Siti Jenar bersama sepupunya, Syekh Datuk Kahfi, melanjutkan perjuangan dalam menyebarkan agama Islam. Dalam perjalanannya, ia mendirikan pondok pesantren di Dukuh Lemah Abang, Cirebon.

Enam ajaran Islami yang diberikan oleh Siti Jenar mencakup konsep manusia, roh Ilahiah, manusia luhur, manusia sebagai wakil Allah, penyatuan dengan Allah, dan meninggalkan hawa nafsu duniawi. Ajaran yang terkesan kontroversial ini membuka mata banyak pengikut dari berbagai lapisan masyarakat.

Kontroversi dan Pertentangan

Setelah mengambil alih posisi Syekh Datuk Kahfi, Siti Jenar mulai menyampaikan ajarannya kepada santrinya, yang seiring waktu dianggap semakin kontroversial. Pertentangan muncul ketika ia, dalam sebuah pertemuan di Istana Argapura Gresik, menyampaikan pandangannya tentang ketuhanan.

Menurutnya, beribadah kepada Allah SWT esensialnya sama dengan menjadi satu dengan Allah. Dia juga mengungkapkan pandangan bahwa hamba yang memiliki kuasa dan menghukum juga adalah hamba. Pandangan ini mendapat penentangan keras dari sejumlah Wali dan tokoh Islam, yang menganggap Siti Jenar menyamakan dirinya dengan Tuhan. Meskipun dihadapkan pada hukuman mati, Siti Jenar tetap teguh pada keyakinannya.

Ajaran Kontroversial Siti Jenar

Siti Jenar, dengan pemikirannya yang kontroversial, diurai dalam tulisan berjudul “Syekh Siti Jenar: Pemikiran dan Ajarannya” oleh Saidun Derani (2014). Berikut adalah 7 pemikiran Siti Jenar mengenai Tuhan, manusia, dan kehidupan:

Tuhan Menurut Siti Jenar

Pemikiran tentang Tuhan oleh Siti Jenar terkait dengan konsep “manunggaling kawula-Gusti,” yang menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Manusia dipandang sebagai manifestasi zat Tuhan.

Manusia Menurut Siti Jenar

Siti Jenar melihat setiap individu memiliki fitrah keagungan dan kemuliaan yang disebut sebagai adimanusia (al-insân al-kâmil). Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi wakil-Nya di bumi.

Jiwa Menurut Siti Jenar

Jiwa adalah suara hati nurani yang menjadi ekspresi dari zat Tuhan. Oleh karena itu, jiwa merupakan ungkapan kehendak Tuhan yang harus dipatuhi dan diikuti.

Alam Semesta Menurut Siti Jenar

Bagi Siti Jenar, alam semesta adalah makrokosmos setara dengan mikrokosmos manusia. Manusia dan alam semesta dianggap tidak kekal (fana) dan akan mengalami kerusakan.

Akal Menurut Siti Jenar

Akal, menurut Siti Jenar, bekerja dengan intuisi yang mempengaruhi aturan formal syariah. Pandangan ini menekankan akal sebagai pedoman hidup, tetapi juga merujuk pada kehendak dan angan-angan yang dianggap tidak dapat dipercaya kebenarannya.

Kehidupan Menurut Siti Jenar

Konsep sulit dicerna bagi Siti Jenar adalah pemahaman tentang hidup dan cara menjalaninya. Pemikiran ini terkait dengan kebenaran intuitif sebagai dasar perilaku manusia yang hanya dapat diperoleh melalui pencapaian kesadaran diri.

Tindakan Manusia Menurut Siti Jenar

Tindakan manusia, menurut pandangan Siti Jenar, adalah kehendak Tuhan yang sejalan dengan konsep Jabariah. Meski begitu, ia juga menyatakan bahwa jika Allah hadir bersama manusia, manusia akan bertindak dengan baik dan membersihkan diri dari kehidupan yang terkontaminasi oleh hawa nafsu.

Melalui kontroversinya, Syekh Siti Jenar telah meninggalkan warisan pemikiran yang tetap menjadi buah bibir dan studi mendalam dalam perjalanan sejarah spiritualitas di Indonesia.