Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit, Jejak Peradaban Nusantara

RediksiaSabtu, 13 September 2025 | 18:20 WIB
Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit, Jejak Peradaban Nusantara
Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit, Jejak Peradaban Nusantara

Diksia.com - Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara, meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang kaya.

Untuk memahami kejayaan dan kehidupan masyarakatnya, kita perlu menelusuri berbagai sumber sejarah yang menjadi bukti otentik dari masa lalu.

Artikel ini akan mengajak kamu menjelajahi sumber-sumber sejarah Kerajaan Majapahit yang mencakup prasasti, naskah kuno, artefak arkeologi, hingga catatan asing, yang semuanya menggambarkan kehebatan peradaban Hindu-Buddha ini.

Prasasti: Jejak Tertulis dari Masa Lalu

Prasasti merupakan salah satu sumber utama yang memberikan informasi langsung tentang Kerajaan Majapahit. Tulisan-tulisan pada batu atau logam ini sering memuat data penting tentang pemerintahan, hukum, kegiatan keagamaan, dan hubungan politik.

Salah satu prasasti terkenal adalah Prasasti Kudadu, yang diterbitkan pada tahun 1294 M. Prasasti ini menceritakan perjuangan Raden Wijaya, pendiri Majapahit, saat melarikan diri dari ancaman Jayakatwang, yang telah menggulingkan Kerajaan Singasari.

Prasasti ini juga menyebutkan penetapan daerah Kudadu sebagai wilayah istimewa karena peran pentingnya dalam melindungi Raden Wijaya.

Prasasti lain yang tak kalah penting adalah Prasasti Waringin Pitu, yang mengungkap pembagian wilayah kerajaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

Prasasti-prasasti ini menjadi bukti konkret tentang struktur pemerintahan dan wilayah kekuasaan Majapahit yang luas, mulai dari Jawa hingga wilayah-wilayah di Nusantara lainnya.

Kitab Kuno: Catatan Sastra yang Penuh Makna

Kitab-kitab kuno menjadi sumber sejarah yang kaya akan informasi tentang kehidupan politik, budaya, dan sosial di Kerajaan Majapahit. Salah satu yang paling terkenal adalah Kitab Negarakertagama, karya Mpu Prapanca, yang ditulis pada tahun 1365.

Kitab ini menggambarkan perjalanan Raja Hayam Wuruk di Jawa Timur, wilayah kekuasaan Majapahit, serta bangunan-bangunan penting di ibu kota Trowulan.

Kitab ini juga memuat frasa Bhinneka Tunggal Ika, yang kini menjadi semboyan negara Indonesia, mencerminkan semangat toleransi di masa itu.