Diksia.com - Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi pusat perdagangan maritim terbesar di Asia Tenggara, menguasai jalur perdagangan dari China hingga India pada abad ke-7 hingga ke-13. Sebagai kerajaan Buddha yang kuat, Sriwijaya meninggalkan warisan budaya yang melimpah, terutama di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya.
Hingga kini, peninggalan kerajaan Sriwijaya ini terus menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu, dengan penemuan dan restorasi terbaru yang membuatnya semakin relevan. Kita bisa merasakan sentuhan sejarah itu melalui artefak, prasasti, dan situs arkeologi yang tersebar di berbagai lokasi. Mari kita telusuri lebih dalam apa saja peninggalan kerajaan Sriwijaya yang patut diketahui.
Prasasti Kuno: Pesan dari Masa Lalu yang Penuh Makna
Prasasti menjadi salah satu peninggalan kerajaan Sriwijaya paling berharga, ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Artefak ini tidak hanya mencatat peristiwa sejarah, tapi juga struktur sosial dan administratif kerajaan. Berikut beberapa prasasti ikonik yang ditemukan hingga saat ini.
Pertama, Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di tepi Sungai Tatang, Palembang, pada 1920. Prasasti ini menceritakan ekspedisi sukses Dapunta Hyang, penguasa Sriwijaya, yang menaklukkan wilayah musuh. Panjangnya sekitar 25 cm dengan 11 baris teks, prasasti ini menjadi bukti awal berdirinya kerajaan pada tahun 682 Saka atau sekitar 760 Masehi.
Kedua, Prasasti Telaga Batu di Kelurahan 2 Ilir, Palembang. Artefak batu setinggi 79 cm ini berisi kutukan bagi siapa saja yang mengkhianati kerajaan, mulai dari pejabat hingga tukang sapu istana. Ini menggambarkan sistem birokrasi yang ketat dan perlindungan terhadap kekuasaan pusat.
Ketiga, Prasasti Kota Kapur yang ditemukan di Pulau Bangka pada abad ke-19. Prasasti ini memperingatkan pemberontak dengan ancaman hukuman berat, sekaligus mencatat penguasaan Sriwijaya atas pulau-pulau strategis. Selain itu, Prasasti Talang Tuo di Palembang menyebutkan pendirian Taman Srikesetra sebagai monumen kemenangan, sementara Prasasti Palas Pasemah dan Ligor di Sumatera Selatan serta Thailand menunjukkan pengaruh kerajaan hingga Semenanjung Malaya.
Prasasti-prasasti ini kini banyak disimpan di museum, dan penelitian terbaru pada 2025 menegaskan peran mereka sebagai dokumen hukum awal di Nusantara.
Candi Megah: Pusat Ibadah dan Pendidikan Buddha
Selain prasasti, candi menjadi peninggalan kerajaan Sriwijaya yang menonjol, mencerminkan pengaruh agama Buddha Mahayana. Candi-candi ini dibangun dengan batu bata merah dan arsitektur khas Sumatera, berbeda dari gaya Jawa yang lebih rumit.
Salah satu yang paling menakjubkan adalah Candi Muara Jambi di Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Kompleks ini dibangun antara abad ke-7 hingga 12, dengan luas delapan kali lipat Candi Borobudur, menjadikannya situs candi Hindu-Buddha terbesar di Asia Tenggara.
Dahulu, candi ini berfungsi sebagai pusat pendidikan Buddha, menarik pelajar dari China, India, dan Tibet—mirip universitas kuno pertama di Asia. Arsitekturnya bahkan memengaruhi pembangunan Borobudur. Pada 2025, upaya pelestarian terus berlanjut, meski belum resmi menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO karena persyaratan teknis yang belum terpenuhi.
Lalu ada Candi Muara Takus di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Riau. Candi batu ini dari abad ke-11, dengan struktur stupa dan vihara yang menunjukkan peran sebagai tempat pengajaran agama Buddha.
Penemuan terbaru di sekitarnya mengungkap reruntuhan tambahan, memperkuat bukti ekspansi Sriwijaya ke wilayah Riau. Candi ini juga menjadi bukti jejaring perdagangan kerajaan yang luas, hingga ke Thailand dan Kamboja.
Candi-candi ini bukan hanya bangunan suci, tapi juga simbol kekayaan Sriwijaya dari hasil perdagangan rempah dan emas.
Museum Sriwijaya: Gudang Harta Karun Sejarah
Untuk merasakan peninggalan kerajaan Sriwijaya secara lengkap, kunjungi Museum Sriwijaya di Jalan Syakirti, Palembang. Museum ini menyimpan lebih dari 500 artefak, termasuk prasasti seperti Kedukan Bukit dan Telaga Batu, serta arca Buddha seperti Buddha Bukit Siguntang dan Avalokitesvara. Ada juga pecahan kapal dan kemudi sepanjang 8,2 meter yang membuktikan dominasi maritim kerajaan.
Koleksi lainnya mencakup manik-manik impor dari India, keramik Tiongkok, dan patung Hindu seperti Trimurti serta Wisnu, menunjukkan keragaman agama di kerajaan. Pada 2025, museum ini semakin interaktif dengan pameran digital tentang rekonstruksi stupa dari penggalian 2013, membuat kita bisa menyelami era Sriwijaya dengan cara modern.
Kesimpulan: Warisan yang Harus Kita Lestarikan
Peninggalan kerajaan Sriwijaya mengingatkan kita pada kebesaran Nusantara sebagai pusat peradaban maritim. Dari prasasti yang penuh hikmah hingga candi yang megah, semuanya mengajak kita untuk menghargai akar budaya. Dengan restorasi terkini dan penelitian baru, situs-situs ini semakin terbuka untuk wisata sejarah.
Kamu bisa mulai petualangan dengan mengunjungi Palembang atau Jambi, merasakan denyut nadi kerajaan yang pernah menguasai lautan. Mari kita jaga warisan ini agar tetap abadi bagi generasi mendatang.