Pemukiman Kuno Terungkap Di Dasar Danau Purba: Jejak Peradaban Eropa Yang Terlupakan

RediksiaSelasa, 15 Agustus 2023 | 21:05 WIB
pemukiman kuno terungkap di dasar danau purba jejak peradaban eropa yang terlupakan 631586f

Diksia.com - Mengupas lapisan misteri masa lalu manusia, langkah berani ilmuwan kembali menerobos tabir waktu. Pemukiman purba Eropa, yang sejauh ini menjadi rahasia tertutup, akhirnya terkuak oleh penemuan terkini.

Komunitas abadil ini tersembunyi dalam pelukan air berkilau Danau Ohrid, dijuluki sebagai Permata Balkan. Ilmuwan tengah meretas cerita dibalik mengapa mereka memilih bernaung di balik pertahanan berduri yang merangkai tanya.

Sebagai salah satu penjuru dimensi waktu, Danau Ohrid terekam dalam catatan masa lebih dari satu juta tahun. Jejak carbon yang dikupas dari lokasi ini mengisyaratkan kisah kuno, merentang dari 6.000 tahun sebelum Masehi hingga 5.800 tahun sebelum era hitungan.

Begitu juga, jajaran garis pesisir Albania, dulu membentuk habitat rumah panggung hampir delapan ribu tahun lalu. Menempatkannya pada barisan desa perairan tertua Eropa yang disegani, seperti yang diakui oleh rujukan di Science Alert.

“Usianya melebihi pendahulunya yang ditemukan di lekuk Mediterania serta ketinggian Alpen,” terang Albert Hafner, seorang arkeolog berselera dari Universitas Bern, Swiss.

“Sejauh pengetahuan kami, ia menghuni puncak panggung Eropa,” jelasnya.

Jejak pemukiman masa silam pernah terbongkar di Pegunungan Alpen Italia, membawa kita merangkak 5.000 tahun ke belakang. Empat tahun belakangan, Albert Hafner serta timnya yang berkepul di negeri Swiss dan Albania mengadu nasib di Lin, pinggiran Albania yang menghampar di sisi Danau Ohrid.

Desa purba ini diyakini pernah diramaikan 200 hingga 500 jiwa, menjulang di atas sokongan tiang atau berkisar di genangan, setiap kali hujan air laut melonjak merayap. Sesekali, para penggali mendapati diri mereka mencebur dalam pengalaman menyelam, membuka tirai artefak yang membuktikan, perlindungan adalah hal yang mesti ditegakkan.

“Pergulatan mereka menuai hasil dari menebas hutan,” kata Albert Hafner, tangan yang mengaminkan kerja canggih masa silam ini.

Akan tetapi, sayangnya, kisah misteri menyangkut tembok duri ini masih melayang dalam angan. Derap jari penyelam membantu arkeolog meriset beranda Dasar Danau Ohrid, mempersembahkan fragmen fosil kayu serta pecahan dari mulai jangkauan eksotis.

Sangkaan dinyatakan lebih dari 100.000 pasak terdampar di permukaan dasar Danau Ohrid, tak jauh dari kota Lin. Hafner dengan fasih menyematkan julukan “harta karun dalam hal penelitian.”

Para pencari sejarah, setelah meraih apa yang mereka inginkan, merampungkan analisis terhadap cincin-cincin batang pohon yang ditinggalkan. Rupanya, dalam ranah ilmu alam, pohon ek memainkan peran kalender yang riil, mengikuti suara musim. Jejak masa lalu yang terukir dalam setiap lapisan, dalam getaran kulit bumi serta sejarah alam semesta yang menggenggaminya.

“Melembangkan gambaran situs purba ini tanpa sedikit pun merusaknya, kami merenung, bergerak dalam gerak perlahan, serasa menari di atas gelap,” tegas Anastasi, pemimpin skala proyek ini dari tanah Albania.

“Menyematkan desa di puncak tiang adalah kepiawaian yang sarat lapisan, sukar diurai, hakikat yang kian dalam menyelami seleksi yang mereka jadikan,” sambung Anastasi, suara yang merumput di padang artefak.

Pada tahap ini, makhluk pengetahuan menduga, kans desa ini bergantung pada tumbuh-tumbuhan serta ternak yang dijinakkan, sebagai sumber rizki mereka.

“Kita mendapati rumpun biji-bijian, tanaman liar, dan serpihan tulang binatang dan ternak,” sahut Ilir Gjepali, seorang arkeolog Albania yang juga mengikat hubungan erat dengan situs ini.

Namun, perjalanan masih melingkar, masih ada dua dekade yang menggelepar, menantikan. Sehingga puing-puing sejarah ini bisa mengajarkan kita lebih banyak tentang kehidupan di tepi Danau Ohrid.

“Ini merupakan kunci cikal bakal prasejarah yang menarik, mencakup cakrawala yang tak terbatas, bukan hanya dalam kontur kawasan ini, melainkan seluruh sudut wilayah Eropa barat daya,” seru Hafner, suara yang mengalun di lapisan angin.

Sumber: Zefanya Septiani/detikEdu