Kemelut di Majapahit, Ketegangan Politik Era Kertarajasa Jayawardhana

RediksiaSabtu, 13 September 2025 | 18:28 WIB
Kemelut di Majapahit, Ketegangan Politik Era Kertarajasa Jayawardhana
Kemelut di Majapahit, Ketegangan Politik Era Kertarajasa Jayawardhana

Diksia.com - Kerajaan Majapahit, salah satu kemaharajaan terbesar dalam sejarah Nusantara, dikenal sebagai simbol kejayaan maritim dan budaya pada abad ke-14. Namun, di balik gemerlap kejayaannya, kerajaan ini juga menyimpan kisah kemelut yang penuh intrik dan konflik.

Kemelut di Majapahit, sebagaimana digambarkan dalam novel sejarah karya SH Mintarja, mengisahkan pergolakan di istana setelah penobatan Raden Wijaya sebagai raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Mari kita telusuri kisah ini dengan lebih dalam untuk memahami dinamika kekuasaan yang mengguncang kerajaan.

Latar Belakang Kemelut di Majapahit

Setelah Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit pada tahun 1292, ia berhasil mempersatukan wilayah-wilayah di Nusantara di bawah kekuasaannya. Namun, keberhasilan ini tidak lepas dari tantangan.

Konflik internal di istana muncul akibat persaingan di antara istri-istri Sang Prabu, khususnya Dyah Gayatri dan Dara Petak, istri kelima Raden Wijaya. Persaingan ini tidak hanya menciptakan ketidakharmonisan di lingkungan istana, tetapi juga memicu perpecahan di kalangan para senopati yang setia pada masing-masing pihak.

Puncak dari kemelut ini adalah keputusan kontroversial Raden Wijaya untuk mengangkat Patih Nambi sebagai patih hamangkubumi, jabatan tertinggi setelah raja. Keputusan ini, yang dipengaruhi oleh bujukan Dara Petak, memicu kemarahan Ronggo Lawe, seorang senopati setia yang mendukung Dyah Gayatri.

Ronggo Lawe, yang telah diangkat sebagai adipati di Tuban, merasa pengangkatan Patih Nambi tidak adil dan menunjukkan keberatannya secara terbuka di hadapan Sang Prabu.

Intrik dan Ketegangan di Istana

Kemelut di Majapahit tidak hanya soal persaingan antar istri raja, tetapi juga melibatkan dinamika politik di antara para senopati. Ronggo Lawe, yang dikenal sebagai sosok pemberani, berani menghadap Raden Wijaya tanpa dipanggil untuk menyampaikan protesnya.

Tindakan ini mengejutkan para senopati lain yang hadir, tetapi Sang Prabu tetap tenang dan membela keputusannya dengan menyatakan bahwa pengangkatan Patih Nambi telah dipertimbangkan matang dan disetujui oleh para pembantu istana.

Selain Ronggo Lawe, tokoh-tokoh lain seperti Lembu Sura, Dewi Mertorogo, Tirtowati, dan Kebo Anabrang juga turut mewarnai cerita ini.

Masing-masing tokoh memiliki peran dalam memperumit konflik, baik melalui kesetiaan mereka kepada pihak tertentu maupun melalui tindakan yang memengaruhi stabilitas kerajaan.

Ketegangan ini mencerminkan kompleksitas kehidupan istana Majapahit, di mana ambisi pribadi dan loyalitas sering kali bertabrakan.

Pesan Moral dari Kemelut di Majapahit

Kisah kemelut di Majapahit bukan sekadar cerita sejarah, tetapi juga menyimpan pelajaran berharga. Keputusan pengangkatan Patih Nambi menunjukkan pentingnya kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan politik. Kita bisa belajar bahwa setiap keputusan besar harus mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak untuk menjaga harmoni.

Selain itu, sikap berani Ronggo Lawe dalam menyampaikan keberatannya mengajarkan kita untuk tidak menghakimi tanpa dasar yang jelas dan untuk selalu bertindak dengan keadilan.

Cerita ini juga menggambarkan betapa rapuhnya keseimbangan kekuasaan di tengah intrik istana. Persaingan antar istri raja dan perpecahan di kalangan senopati menjadi pengingat bahwa kepentingan pribadi harus disisihkan demi kebaikan bersama. Kisah ini relevan hingga kini, terutama dalam konteks kepemimpinan dan hubungan antarmanusia.

Mengapa Kemelut di Majapahit Masih Relevan?

Hingga saat ini, kisah kemelut di Majapahit tetap menarik untuk dipelajari, baik sebagai bagian dari sejarah maupun sebagai bahan refleksi. Novel sejarah seperti karya SH Mintarja tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan gambaran tentang dinamika sosial dan politik di masa lalu.

Bagi kamu yang ingin memahami lebih dalam tentang Kerajaan Majapahit, kisah ini menawarkan perspektif unik tentang bagaimana konflik internal dapat mengguncang bahkan kerajaan terkuat sekalipun.

Dengan mempelajari kemelut di Majapahit, kita juga bisa menghargai warisan budaya dan sejarah Nusantara. Kerajaan Majapahit, dengan segala kejayaan dan dramanya, tetap menjadi bagian penting dari identitas bangsa. Kisah ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya kebijaksanaan, keadilan, dan persatuan dalam menghadapi tantangan.

Jadi, mari kita dalami lebih lanjut sejarah Majapahit dan ambil inspirasi dari kisah-kisahnya untuk membangun masa depan yang lebih baik. Bagaimana menurut kamu? Apakah kisah ini memberikan wawasan baru tentang sejarah Nusantara?