Diksia.com - Kerajaan Majapahit, salah satu kemaharajaan terbesar dalam sejarah Nusantara, dikenal sebagai simbol kejayaan maritim dan budaya pada abad ke-14. Namun, di balik gemerlap kejayaannya, kerajaan ini juga menyimpan kisah kemelut yang penuh intrik dan konflik.
Kemelut di Majapahit, sebagaimana digambarkan dalam novel sejarah karya SH Mintarja, mengisahkan pergolakan di istana setelah penobatan Raden Wijaya sebagai raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Mari kita telusuri kisah ini dengan lebih dalam untuk memahami dinamika kekuasaan yang mengguncang kerajaan.
Latar Belakang Kemelut di Majapahit
Setelah Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit pada tahun 1292, ia berhasil mempersatukan wilayah-wilayah di Nusantara di bawah kekuasaannya. Namun, keberhasilan ini tidak lepas dari tantangan.
Konflik internal di istana muncul akibat persaingan di antara istri-istri Sang Prabu, khususnya Dyah Gayatri dan Dara Petak, istri kelima Raden Wijaya. Persaingan ini tidak hanya menciptakan ketidakharmonisan di lingkungan istana, tetapi juga memicu perpecahan di kalangan para senopati yang setia pada masing-masing pihak.
Puncak dari kemelut ini adalah keputusan kontroversial Raden Wijaya untuk mengangkat Patih Nambi sebagai patih hamangkubumi, jabatan tertinggi setelah raja. Keputusan ini, yang dipengaruhi oleh bujukan Dara Petak, memicu kemarahan Ronggo Lawe, seorang senopati setia yang mendukung Dyah Gayatri.
Ronggo Lawe, yang telah diangkat sebagai adipati di Tuban, merasa pengangkatan Patih Nambi tidak adil dan menunjukkan keberatannya secara terbuka di hadapan Sang Prabu.
Intrik dan Ketegangan di Istana
Kemelut di Majapahit tidak hanya soal persaingan antar istri raja, tetapi juga melibatkan dinamika politik di antara para senopati. Ronggo Lawe, yang dikenal sebagai sosok pemberani, berani menghadap Raden Wijaya tanpa dipanggil untuk menyampaikan protesnya.
Tindakan ini mengejutkan para senopati lain yang hadir, tetapi Sang Prabu tetap tenang dan membela keputusannya dengan menyatakan bahwa pengangkatan Patih Nambi telah dipertimbangkan matang dan disetujui oleh para pembantu istana.