Warna pelat kumis bervariasi dari hitam ke kuning hingga putih tergantung pada spesiesnya.
Tepi luar setiap pelat halus, tepi dalam sobek, dan tepi dalam pelat yang berjumbai dijalin menjadi satu untuk membentuk tikar.
Pelat balin muncul sebagai penebalan kulit rahang atas pada embrio paus.
Kulit
Kulit paus balin halus dan tidak memiliki kelenjar minyak atau pori-pori. Epidermis kira-kira setebal 5-7 mm (0,2-0,3 inci).
Banyak spesies memiliki bulu tipis di moncong, dagu, dan dagu. Kurangnya bulu pada paus merupakan adaptasi untuk berenang lebih efisien. Namun, berbagai parasit dapat menyerang kulit paus balin.
Damparnya bangkai ikan paus Balin di Pantai Surabaya menjadi momen penting bagi peneliti dan ahli kelautan.
Mereka melihat kesempatan ini sebagai peluang langka untuk mempelajari lebih lanjut tentang spesies yang sulit dijumpai ini.
Dengan melakukan penyelidikan terhadap bangkai paus Balin, mereka dapat mengungkap lebih banyak tentang kehidupan dan perilaku ikan paus Balin, termasuk aspek kesehatan, pola migrasi, dan lingkungan yang mereka dihuni.
Tak hanya bagi peneliti, keberadaan bangkai ikan paus Balin juga menarik perhatian masyarakat setempat.
Warga sekitar berbondong-bondong datang ke pantai untuk melihat pemandangan yang jarang terjadi ini.
Mereka takjub dengan ukuran dan keindahan paus Balin yang terungkap dalam bangkainya yang besar.
Beberapa fotografer dan jurnalis lokal juga mengabadikan momen ini dalam foto dan artikel yang kemudian tersebar di media sosial.
Kejadian terdamparnya bangkai ikan paus Balin di Pantai Surabaya merupakan pengingat bagi kita akan keragaman hayati yang ada di perairan sekitar kita.
Ini juga mengingatkan kita akan pentingnya upaya perlindungan dan konservasi spesies laut yang rentan.
Semoga peristiwa ini dapat menginspirasi langkah-langkah yang lebih baik dalam menjaga keberlanjutan ekosistem laut kita.
Sekian informasi mengenai ikan paus Balin, mamalia laut yang menarik yang bangkainya terdampar di Pantai Surabaya.