Bukti Sejarah Penyebaran Agama Islam ke Wilayah Pulau Kalimantan Antara Lain

RediksiaSenin, 8 September 2025 | 08:52 WIB
Bukti Sejarah Penyebaran Agama Islam ke Wilayah Pulau Kalimantan Antara Lain
Bukti Sejarah Penyebaran Agama Islam ke Wilayah Pulau Kalimantan Antara Lain. Foto: radarhukum.id

Diksia.com - Pulau Kalimantan, salah satu pulau terbesar di Indonesia, memiliki sejarah panjang tentang masuknya dan penyebaran agama Islam. Proses Islamisasi di wilayah ini tidak terjadi dalam sekejap, melainkan melalui berbagai jalur seperti perdagangan, dakwah, dan perkawinan.

Bukti sejarah yang menunjukkan penyebaran agama Islam ke wilayah Pulau Kalimantan antara lain berupa peninggalan bangunan, naskah kuno, dan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang menjadi pusat penyebaran agama. Dalam artikel ini, kita akan mengulas jejak-jejak sejarah tersebut secara mendalam untuk memahami bagaimana Islam berakar di Kalimantan.

Jalur Perdagangan sebagai Gerbang Masuknya Islam

Salah satu faktor utama penyebaran Islam di Kalimantan adalah aktivitas perdagangan. Sejak abad ke-7, Kalimantan sudah menjadi jalur perdagangan penting yang menghubungkan wilayah Nusantara dengan pedagang dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Hubungan dagang ini membuka peluang masuknya pengaruh Islam, terutama melalui pedagang Muslim dari Malaka dan Jawa. Para pedagang ini tidak hanya membawa barang dagangan, tetapi juga nilai-nilai Islam yang kemudian diterima oleh masyarakat lokal.

Sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Kapuas, memainkan peran penting dalam penyebaran agama ini ke pedalaman. Melalui jalur sungai, para pedagang dan pendakwah dapat menjangkau komunitas yang lebih terisolasi. Proses ini berlangsung secara bertahap, membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk menjangkau wilayah pedalaman yang jauh dari pesisir.

Peninggalan Bangunan Bersejarah

Bukti sejarah penyebaran Islam di Kalimantan juga terlihat dari peninggalan bangunan bersejarah seperti masjid dan istana. Salah satu contoh yang menonjol adalah Masjid Ki Gede di Kalimantan Tengah. Masjid ini didirikan oleh Ki Gede Antakusuma, seorang tokoh yang mengembara ke Kotawaringin dan menyebarkan ajaran Islam. Keberadaan masjid ini menjadi bukti nyata bahwa Islam telah hadir dan diterima di wilayah tersebut sejak berabad-abad lalu.

Selain itu, Istana Sultan Syarif Abdurrahman atau Keraton Kadariah di Pontianak juga menjadi simbol penting penyebaran Islam di Kalimantan Barat. Keraton ini dibangun pada tahun 1771 oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie, seorang keturunan Arab yang menjadi sultan pertama Kesultanan Pontianak. Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan penyebaran ajaran Islam di wilayah tersebut.

Masjid Keramat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, juga menjadi saksi bisu penyebaran Islam. Dibangun pada abad ke-14, masjid ini menjadi tempat ziarah masyarakat dan bukti pengaruh kuat Kesultanan Demak dalam menyebarkan Islam ke Kalimantan Selatan.

Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam

Penyebaran Islam di Kalimantan tidak lepas dari berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang menjadi pusat dakwah dan pemerintahan. Salah satu yang terkenal adalah Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan. Kesultanan ini berdiri pada abad ke-16 dan memainkan peran besar dalam mempercepat proses Islamisasi di wilayah tersebut.

Raden Samudera, pewaris sah Kerajaan Negara Daha, berperan penting dalam penyebaran Islam dengan bantuan Kerajaan Demak. Setelah berhasil mengalahkan pamannya, ia mengislamkan raja dan pejabat kerajaan, sehingga Islam berkembang pesat.

Di Kalimantan Timur, Kesultanan Kutai Kertanegara juga menjadi bukti sejarah penting. Islam masuk ke wilayah ini pada akhir abad ke-16 melalui dua pendakwah dari Sulawesi Selatan, yaitu Tuan ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Proses Islamisasi di Kutai ditandai dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, yang kemudian memperkuat legitimasi politik Islam di wilayah tersebut.

Di Kalimantan Barat, Kesultanan Pontianak, Sukadana, dan Mempawah juga memiliki peran besar. Misalnya, Syarif Husein, seorang pendakwah keturunan Arab, berhasil mengislamkan Kerajaan Tanjungpura pada tahun 1526, yang kemudian menjadi Kesultanan Sukadana. Di Mempawah, Syarif Husein juga berperan sebagai mufti pertama, memperkuat pengaruh Islam melalui dakwah dan perkawinan dengan keluarga kerajaan.

Kesultanan Brunei di utara Kalimantan juga tidak boleh dilupakan. Pada tahun 1368, Raja Brunei, Awang Alak Betatar, memeluk Islam dan bergelar Sultan Muhammad Shah. Kesultanan ini menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di wilayah utara Kalimantan, memengaruhi komunitas lokal melalui perdagangan dan politik.

Naskah Kuno sebagai Bukti Sejarah

Naskah kuno juga menjadi bukti penting penyebaran Islam di Kalimantan. Salah satunya adalah Hikayat Banjar, sebuah naskah beraksara Arab-Melayu yang menceritakan sejarah raja-raja Banjar dan Kotawaringin. Naskah ini memaparkan proses Islamisasi di Kalimantan Selatan dan Tengah, termasuk bagaimana kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha bertransisi menjadi kerajaan Islam. Hikayat Banjar terbagi menjadi dua resensi, yaitu Resensi I dan Resensi II, yang masing-masing memiliki alur cerita yang sedikit berbeda tetapi sama-sama menegaskan peran Islam dalam sejarah Kalimantan.

Selain itu, Sulalatus Salatin atau Sejarah Melayu juga menyebutkan penyebaran Islam di Kalimantan Timur melalui Kerajaan Kutai. Naskah ini mencatat peran ulama seperti Syekh Abdullah dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut.

Peran Pendakwah dan Perkawinan

Para pendakwah dari berbagai daerah, seperti Jawa, Sumatera, Malaka, dan Arab, memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di Kalimantan. Salah satu tokoh penting adalah Syarif Husein, yang berdakwah di Sukadana dan Mempawah. Ia tidak hanya menyebarkan ajaran Islam melalui pengajian dan pendidikan, tetapi juga melalui perkawinan dengan keluarga kerajaan, yang memperkuat pengaruh Islam di kalangan elit.

Di Kalimantan Tengah, pernikahan antara Raden Mas Rahmat, putra Panembahan Giri Kusuma, dengan Putri Junjung Buih dari Kesultanan Banjar juga menjadi titik balik Islamisasi di Kerajaan Kotawaringin. Raden Mas Rahmat, yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Zainuddin, menjadi raja pertama Kotawaringin yang memeluk Islam.

Pengaruh Kerajaan Lain

Penyebaran Islam di Kalimantan juga dipengaruhi oleh hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam lain di Nusantara, seperti Demak, Mataram, dan Brunei. Kesultanan Demak, misalnya, memiliki peran besar dalam membantu Raden Samudera mengislamkan Kerajaan Negara Daha, yang menjadi cikal bakal Kesultanan Banjar. Sementara itu, Kesultanan Brunei memengaruhi wilayah utara Kalimantan melalui perdagangan dan politik.

Di Kalimantan Barat, Kesultanan Banjar juga memiliki pengaruh besar. Banyak kesultanan kecil di wilayah ini, seperti Sukadana dan Mempawah, mengakui kedaulatan Banjar sebagai pusat penyebaran Islam di Kalimantan. Hubungan ini memperkuat jaringan Islam di seluruh pulau.

Bukti Arkeologi dan Tradisi Lokal

Selain bangunan dan naskah, bukti arkeologi seperti makam-makam kuno juga menunjukkan penyebaran Islam di Kalimantan. Misalnya, makam di Kerajaan Tanjungpura, Kalimantan Barat, memiliki nisan dengan tulisan huruf Arab dan Jawa kuno, yang menunjukkan adanya pengaruh Islam sejak abad ke-13. Tradisi lokal, seperti peringatan 10 Muharram di beberapa wilayah Kalimantan, juga mencerminkan pengaruh ajaran Islam yang berakar kuat.

Mengapa Islam Berkembang Pesat di Kalimantan?

Ada beberapa alasan mengapa Islam dapat berkembang pesat di Kalimantan. Pertama, pendekatan damai melalui perdagangan dan dakwah membuat agama ini mudah diterima oleh masyarakat lokal. Kedua, peran kerajaan-kerajaan Islam memberikan legitimasi politik dan budaya bagi penyebaran agama. Ketiga, perkawinan antara pendakwah atau pedagang Muslim dengan keluarga kerajaan memperkuat hubungan sosial dan agama.

Selain itu, kemampuan Islam untuk beradaptasi dengan budaya lokal juga menjadi faktor penting. Banyak tradisi lokal yang tetap dipertahankan, tetapi diisi dengan nilai-nilai Islam, sehingga masyarakat tidak merasa asing dengan agama baru ini.

Kesimpulan

Bukti sejarah penyebaran agama Islam ke wilayah Pulau Kalimantan antara lain mencakup peninggalan bangunan seperti Masjid Ki Gede dan Keraton Kadariah, naskah kuno seperti Hikayat Banjar, serta berdirinya kerajaan-kerajaan Islam seperti Kesultanan Banjar, Kutai Kertanegara, dan Pontianak.

Proses ini didukung oleh aktivitas perdagangan, dakwah, dan perkawinan, yang membuat Islam berakar kuat di Kalimantan. Dengan memahami jejak-jejak sejarah ini, kita dapat menghargai kekayaan budaya dan agama yang telah membentuk identitas Pulau Kalimantan hingga saat ini.

Jika kamu ingin mengetahui lebih banyak tentang sejarah Islam di Indonesia, terus ikuti artikel-artikel menarik lainnya di situs ini!