Diksia.com - Kritik sastra adalah sebuah tulisan yang mengulas, menilai, dan menafsirkan sebuah karya sastra dengan menggunakan teori, metode, dan sudut pandang tertentu. Kritik sastra bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang karya sastra, serta memberikan apresiasi dan saran yang konstruktif bagi pengarang dan pembaca. Kritik sastra juga bisa menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif dalam menanggapi karya sastra.
Karya sastra yang bisa dikritik adalah karya sastra yang sudah dipublikasikan, baik dalam bentuk buku, majalah, koran, jurnal, atau media online. Karya sastra yang bisa dikritik meliputi berbagai genre, seperti novel, cerpen, puisi, drama, esai, biografi, dan sebagainya. Kritik sastra bisa ditulis oleh siapa saja yang memiliki minat dan kemampuan dalam bidang sastra, seperti pengarang, akademisi, jurnalis, kritikus, atau pembaca biasa.
Untuk menulis kritik sastra yang baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
- Memilih karya sastra yang ingin dikritik dengan mempertimbangkan relevansi, aktualitas, dan kualitasnya.
- Membaca karya sastra secara cermat dan menyeluruh, serta mencatat hal-hal yang menarik, penting, atau bermasalah di dalamnya.
- Menentukan fokus kritik, yaitu aspek-aspek karya sastra yang ingin dikritik, seperti tema, tokoh, alur, latar, gaya bahasa, pesan, dan sebagainya.
- Menentukan pendekatan kritik, yaitu teori, metode, dan sudut pandang yang digunakan untuk mengkritik karya sastra, seperti strukturalisme, marxisme, feminisme, psikoanalisis, postmodernisme, dan sebagainya.
- Menyusun kerangka kritik, yaitu struktur dan urutan tulisan yang terdiri dari judul, pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
- Menulis kritik sastra dengan menggunakan bahasa yang jelas, logis, dan menarik, serta menghindari plagiat, kesalahan ejaan, dan tata bahasa.
- Memberikan sumber referensi yang relevan dan terpercaya, serta menggunakan sistem kutipan yang sesuai, seperti MLA, APA, atau Chicago.
Contoh Kritik Sastra Novel
Salah satu genre karya sastra yang sering dikritik adalah novel. Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa naratif yang panjang dan kompleks, yang mengisahkan kehidupan tokoh-tokoh fiktif dalam berbagai situasi dan konflik. Novel bisa mengandung berbagai tema, seperti cinta, persahabatan, keluarga, sejarah, politik, budaya, agama, dan sebagainya.
Berikut adalah contoh kritik sastra novel yang ditulis dengan menggunakan pendekatan feminisme:
Kritik Sastra Novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy
Novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy adalah sebuah novel yang mengangkat isu-isu perempuan dalam konteks Islam dan budaya Jawa. Novel ini menceritakan kisah hidup Annisa, seorang perempuan yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren yang konservatif dan patriarkal. Annisa mengalami berbagai bentuk penindasan, diskriminasi, dan kekerasan, baik dari ayahnya, suaminya, maupun masyarakatnya, yang menganggap perempuan sebagai makhluk rendah, lemah, dan tak berdaya.
Annisa berusaha untuk membebaskan diri dari belenggu tradisi dan doktrin yang mengekangnya, dengan cara menuntut ilmu, bekerja, bercerai, dan menikah lagi dengan pria yang mencintainya. Annisa juga berjuang untuk mengubah pandangan dan perlakuan terhadap perempuan, dengan cara menulis, berdiskusi, dan berorganisasi.
Novel ini merupakan sebuah kritik sosial yang tajam dan berani terhadap kondisi perempuan dalam masyarakat Islam dan Jawa yang masih didominasi oleh nilai-nilai patriarki. Novel ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak, kebebasan, dan kewajiban yang sama dengan laki-laki, baik dalam ranah domestik maupun publik.
Novel ini juga menunjukkan bahwa Islam sebenarnya memberikan kedudukan yang mulia dan setara bagi perempuan, asalkan ditafsirkan dengan benar dan tidak dipolitisasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Novel ini mengajak pembaca untuk merefleksikan dan mereformasi pemikiran dan perilaku yang diskriminatif dan opresif terhadap perempuan, serta untuk menghargai dan menghormati perempuan sebagai manusia yang berhak atas martabat dan kebahagiaan.
Contoh Kritik Sastra Cerpen
Cerpen adalah karya sastra yang berbentuk prosa naratif yang pendek dan sederhana, yang mengisahkan satu peristiwa atau kejadian yang dialami oleh satu atau beberapa tokoh dalam waktu dan tempat yang terbatas. Cerpen biasanya memiliki tema yang spesifik dan fokus, serta menggunakan teknik-teknik sastra seperti simbol, metafora, ironi, dan sebagainya.
Berikut adalah contoh kritik sastra cerpen yang ditulis dengan menggunakan pendekatan strukturalisme:
Kritik Sastra Cerpen Lelaki dan Mesiu karya Pramoedya Ananta Toer
Cerpen Lelaki dan Mesiu karya Pramoedya Ananta Toer adalah sebuah cerpen yang mengisahkan tentang seorang lelaki tua yang hidup sebatang kara di sebuah desa yang terpencil. Lelaki tua itu memiliki satu-satunya harta berupa senapan lantak yang sudah usang dan tidak berfungsi. Lelaki tua itu selalu bermimpi untuk membeli mesiu agar bisa menembakkan senapannya sekali saja sebelum mati. Suatu hari, lelaki tua itu mendapat kesempatan untuk membeli mesiu dari seorang pedagang keliling yang kebetulan lewat di desanya. Namun, ketika lelaki tua itu hendak menembakkan senapannya, ia malah ditembak mati oleh seorang tentara yang mengira ia adalah pemberontak.
Cerpen ini merupakan sebuah cerpen yang memiliki struktur yang rapi dan padat, yang terdiri dari unsur-unsur intrinsik, yaitu tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Tema cerpen ini adalah ketidakadilan dan ketidakberdayaan yang dialami oleh rakyat jelata di bawah rezim kolonial. Alur cerpen ini adalah alur maju, yang mengikuti urutan kronologis peristiwa dari awal sampai akhir. Tokoh utama cerpen ini adalah lelaki tua, yang digambarkan sebagai sosok yang miskin, kesepian, dan berkeinginan sederhana.
Latar cerpen ini adalah sebuah desa yang terpencil dan menderita, yang menjadi simbol dari kondisi Indonesia pada masa penjajahan. Sudut pandang cerpen ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu, yang menceritakan kisah lelaki tua dari sudut pandang pengarang. Gaya bahasa cerpen ini adalah gaya bahasa yang lugas, sederhana, dan mengandung ironi, yang menunjukkan keprihatinan dan kritik pengarang terhadap realitas sosial yang ada.
Contoh Kritik Sastra Puisi
Puisi adalah karya sastra yang berbentuk bahasa yang indah dan bermakna, yang disusun dengan menggunakan irama, rima, dan penyusunan baris tertentu. Puisi biasanya mengungkapkan perasaan, pikiran, atau pengalaman pengarang secara implisit dan simbolis.
Berikut adalah contoh kritik sastra puisi yang ditulis dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis:
Kritik Sastra Puisi Aku karya Chairil Anwar
Puisi Aku karya Chairil Anwar adalah sebuah puisi yang mengungkapkan sikap dan pandangan hidup pengarang yang pemberontak, individualis, dan eksistensialis. Puisi ini menunjukkan bahwa pengarang tidak mau tunduk pada aturan-aturan dan norma-norma yang ada di masyarakat, melainkan ingin hidup sesuai dengan kehendak dan cita-citanya sendiri. Puisi ini juga menunjukkan bahwa pengarang menyadari bahwa hidup adalah penuh dengan penderitaan, kesulitan, dan kematian, tetapi ia tetap berani menghadapi dan menantangnya.
Puisi ini merupakan sebuah puisi yang memiliki unsur-unsur intrinsik, yaitu tema, rima, irama, majas, dan makna. Tema puisi ini adalah pemberontakan dan eksistensi diri. Rima puisi ini adalah rima bebas, yang tidak terikat oleh pola bunyi yang tetap. Irama puisi ini adalah irama dinamis, yang berubah-ubah sesuai dengan emosi dan intensitas pengarang. Majas puisi ini adalah majas perbandingan, metafora, personifikasi, hiperbola, dan repetisi, yang digunakan untuk memperkuat ekspresi dan impresi pengarang. Makna puisi ini adalah makna denotatif dan konotatif, yang mengandung arti harfiah dan kiasan, serta nilai-nilai filosofis dan psikologis.
Puisi ini bisa dikritik dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis, yaitu teori yang mengkaji kepribadian dan perilaku manusia berdasarkan alam bawah sadar, dorongan naluri, dan konflik psikis. Puisi ini bisa dianggap sebagai cerminan dari kepribadian dan perilaku pengarang, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti id, ego, superego, kompleks Oedipus, dan trauma masa kecil. Puisi ini bisa ditafsirkan sebagai ungkapan dari id pengarang, yaitu bagian dari alam bawah sadar yang berisi dorongan-dorongan naluri yang primitif, seperti seks, kekerasan, dan kesenangan.
Puisi ini menunjukkan bahwa pengarang memiliki id yang kuat dan dominan, yang membuatnya tidak peduli dengan moral, hukum, atau agama, melainkan hanya mengikuti hasrat dan keinginan dirinya sendiri. Puisi ini juga bisa ditafsirkan sebagai ungkapan dari ego pengarang, yaitu bagian dari alam sadar yang berfungsi sebagai pengendali dan penengah antara id dan superego. Puisi ini menunjukkan bahwa pengarang memiliki ego yang realistis dan adaptif, yang membuatnya mampu menyesuaikan diri dengan kenyataan dan situasi yang ada, serta mencari cara untuk memenuhi id tanpa melanggar superego.
Puisi ini juga bisa ditafsirkan sebagai ungkapan dari superego pengarang, yaitu bagian dari alam bawah sadar yang berisi nilai-nilai dan norma-norma yang diterima dari masyarakat dan orang tua. Puisi ini menunjukkan bahwa pengarang memiliki superego yang lemah dan bermasalah, yang membuatnya sering bertentangan dengan masyarakat dan orang tua, serta merasa bersalah dan tidak bahagia.
Puisi ini juga bisa dikaitkan dengan kompleks Oedipus pengarang, yaitu kondisi psikologis yang ditandai dengan adanya perasaan cinta dan benci yang berlebihan terhadap orang tua lawan jenis dan saingan jenis. Puisi ini menunjukkan bahwa pengarang memiliki kompleks Oedipus yang tidak terselesaikan, yang membuatnya memiliki perasaan cinta dan benci yang berlebihan terhadap ibunya dan ayahnya.
Puisi ini menunjukkan bahwa pengarang mencintai ibunya, yang digambarkan sebagai sosok yang lembut, hangat, dan penyayang, tetapi juga membencinya, karena ia merasa dibatasi dan didikte olehnya. Puisi ini juga menunjukkan bahwa pengarang membenci ayahnya, yang digambarkan sebagai sosok yang keras, dingin, dan otoriter, tetapi juga mencintainya, karena ia merasa kagum dan ingin menyamainya.
Puisi ini juga bisa dikaitkan dengan trauma masa kecil pengarang, yaitu pengalaman-pengalaman yang menyakitkan dan menakutkan yang dialami oleh pengarang ketika ia masih anak-anak, yang mempengaruhi kepribadian dan perilakunya di masa dewasa. Puisi ini menunjukkan bahwa pengarang memiliki trauma masa kecil yang berdampak pada sikap dan pandangan hidupnya yang pemberontak, individualis, dan eksistensialis.
Puisi ini menunjukkan bahwa pengarang pernah mengalami kehilangan, kesepian, kekerasan, dan ketidakadilan, yang membuatnya tidak percaya pada orang lain, tidak mau bergantung pada orang lain, dan tidak mau menyerah pada nasib.
Contoh Kritik Sastra Drama
Drama adalah karya sastra yang berbentuk dialog antara tokoh-tokoh yang dipentaskan di atas panggung. Drama biasanya memiliki unsur-unsur intrinsik, yaitu plot, karakter, dialog, latar, tema, dan pesan. Drama juga memiliki unsur-unsur ekstrinsik, yaitu penokohan, kostum, tata rias, tata cahaya, tata suara, dan tata panggung.
Berikut adalah contoh kritik sastra drama yang ditulis dengan menggunakan pendekatan marxisme:
Kritik Sastra Drama Bunga Penutup Abad karya Iwan Simatupang
Drama Bunga Penutup Abad karya Iwan Simatupang adalah sebuah drama yang mengkritik sistem kapitalis yang menimbulkan ketimpangan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia pada akhir abad ke-20. Drama ini menceritakan tentang sekelompok orang yang terlibat dalam sebuah proyek pembangunan jalan tol yang menghubungkan Jakarta dan Bandung. Proyek ini dipimpin oleh seorang pengusaha kaya yang korup dan rakus, yang bernama Pak Surya.
Proyek ini juga melibatkan seorang insinyur yang idealis dan berintegritas, yang bernama Budi. Proyek ini juga mempengaruhi nasib seorang petani miskin yang tanahnya digusur oleh proyek, yang bernama Pak Tua. Proyek ini juga menimbulkan konflik antara seorang aktivis lingkungan yang peduli dengan dampak proyek, yang bernama Rina, dan seorang wartawan yang mencari sensasi dari proyek, yang bernama Toni.
Drama ini merupakan sebuah drama yang memiliki unsur-unsur intrinsik, yaitu plot, karakter, dialog, latar, tema, dan pesan. Plot drama ini adalah plot maju, yang mengikuti urutan kronologis peristiwa dari awal sampai akhir. Karakter drama ini adalah karakter dinamis, yang mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan jalannya cerita. Dialog drama ini adalah dialog yang mengandung konflik, humor, ironi, dan sindiran, yang digunakan untuk menunjukkan karakter dan pesan pengarang.
Latar drama ini adalah latar tempat dan waktu yang nyata, yaitu Jakarta dan Bandung pada akhir abad ke-20, yang menjadi simbol dari kondisi Indonesia pada masa itu. Tema drama ini adalah tema sosial, yaitu kritik terhadap sistem kapitalis yang menimbulkan ketimpangan sosial, ekonomi, dan politik. Pesan drama ini adalah pesan moral, yaitu ajakan untuk berjuang melawan ketidakadilan dan ketidakberdayaan, serta untuk mencari kebenaran dan keadilan.
Drama ini bisa dikritik dengan menggunakan pendekatan marxisme, yaitu teori yang mengkaji hubungan antara sastra dan masyarakat berdasarkan konsep-konsep seperti kelas, ideologi, hegemoni, dan revolusi. Drama ini bisa dianggap sebagai cerminan dari masyarakat Indonesia pada akhir abad ke-20, yang mengalami krisis sosial, ekonomi, dan politik akibat dari sistem kapitalis yang tidak adil dan tidak manusiawi.
Drama ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas borjuis, yang memiliki kekuasaan dan kekayaan dan eksploitasi oleh kelas borjuis, yang terdiri dari pengusaha, politisi, dan birokrat yang korup dan rakus. Drama ini juga menunjukkan bahwa kelas borjuis memiliki ideologi yang palsu dan hegemoni yang kuat, yang membuat mereka mampu memanipulasi dan mendominasi kelas proletar, yang terdiri dari pekerja, petani, dan rakyat miskin yang tertindas dan teralienasi.
Drama ini juga menunjukkan bahwa kelas proletar memiliki potensi untuk melakukan revolusi, yang bisa mengubah struktur dan sistem masyarakat yang ada, dengan cara bersatu, bergerak, dan berjuang melawan kelas borjuis.
Drama ini bisa dianggap sebagai sebuah drama yang memiliki nilai-nilai sastra dan sosial yang tinggi, yang mampu menggugah kesadaran dan keterlibatan pembaca atau penonton terhadap masalah-masalah yang ada di masyarakat. Drama ini juga bisa dianggap sebagai sebuah drama yang memiliki keunikan dan kebaruan dalam bentuk dan isi, yang mampu menampilkan gaya dan teknik sastra yang kreatif dan inovatif. Drama ini juga bisa dianggap sebagai sebuah drama yang memiliki pengaruh dan kontribusi yang besar terhadap perkembangan dan perubahan sastra dan masyarakat Indonesia.
Kesimpulan
Kritik sastra adalah sebuah tulisan yang mengulas, menilai, dan menafsirkan sebuah karya sastra dengan menggunakan teori, metode, dan sudut pandang tertentu. Kritik sastra bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang karya sastra, serta memberikan apresiasi dan saran yang konstruktif bagi pengarang dan pembaca. Kritik sastra juga bisa menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif dalam menanggapi karya sastra.
Untuk menulis kritik sastra yang baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
- Memilih karya sastra yang ingin dikritik dengan mempertimbangkan relevansi, aktualitas, dan kualitasnya.
- Membaca karya sastra secara cermat dan menyeluruh, serta mencatat hal-hal yang menarik, penting, atau bermasalah di dalamnya.
- Menentukan fokus kritik, yaitu aspek-aspek karya sastra yang ingin dikritik, seperti tema, tokoh, alur, latar, gaya bahasa, pesan, dan sebagainya.
- Menentukan pendekatan kritik, yaitu teori, metode, dan sudut pandang yang digunakan untuk mengkritik karya sastra, seperti strukturalisme, marxisme, feminisme, psikoanalisis, postmodernisme, dan sebagainya.
- Menyusun kerangka kritik, yaitu struktur dan urutan tulisan yang terdiri dari judul, pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
- Menulis kritik sastra dengan menggunakan bahasa yang jelas, logis, dan menarik, serta menghindari plagiat, kesalahan ejaan, dan tata bahasa.
- Memberikan sumber referensi yang relevan dan terpercaya, serta menggunakan sistem kutipan yang sesuai, seperti MLA, APA, atau Chicago.
Dalam artikel ini, kita telah melihat beberapa contoh kritik sastra yang menarik dan mendalam, yang ditulis dengan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda, seperti feminisme, strukturalisme, psikoanalisis, dan marxisme. Kita juga telah melihat beberapa karya sastra yang dikritik, yang meliputi berbagai genre, seperti novel, cerpen, puisi, dan drama. Kita juga telah melihat beberapa pengarang yang dikritik, yang merupakan pengarang-pengarang sastra Indonesia yang terkenal, seperti Abidah El Khalieqy, Pramoedya Ananta Toer, Chairil Anwar, dan Iwan Simatupang.
Semoga artikel ini bisa memberikan inspirasi dan motivasi bagi kamu yang ingin belajar dan berlatih menulis kritik sastra. Kritik sastra adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat, yang bisa meningkatkan apresiasi dan penghargaan kita terhadap karya sastra, serta mengasah kemampuan dan keterampilan kita dalam berbahasa dan bersastra. Selamat menulis kritik sastra!