Diksia.com - Pernahkah kamu bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan Sumpah Palapa? Istilah ini sering muncul dalam pelajaran sejarah atau diskusi tentang kebangsaan kita, tapi maknanya lebih dalam dari sekadar cerita masa lalu.
Sumpah Palapa adalah janji monumental yang diucapkan oleh Gajah Mada, patih kerajaan Majapahit, yang menjadi simbol tekad kuat untuk mempersatukan seluruh wilayah Nusantara. Hingga kini, sumpah ini tetap relevan sebagai pengingat bagi kita tentang pentingnya kesatuan di tengah keragaman.
Bayangkan suasana di istana Majapahit pada tahun 1336. Saat itu, Gajah Mada baru saja dilantik menjadi Patih Amangkubhumi oleh Hayam Wuruk, raja Majapahit yang bijaksana. Di depan para bangsawan dan rakyat, Gajah Mada mengikrarkan sumpahnya dengan penuh keyakinan.
Ini bukan sekadar kata-kata kosong, melainkan komitmen pribadi yang mengikat dirinya sendiri. Kata palapa dalam sumpah itu merujuk pada rempah-rempah seperti cabai, lada, atau kunyit—simbol kenikmatan hidup sehari-hari. Gajah Mada berjanji untuk tidak menyentuhnya sama sekali hingga misinya tercapai.
Isi sumpah tersebut sangat jelas dan ambisius. Gajah Mada menyatakan bahwa ia tidak akan menikmati palapa sebelum berhasil menaklukkan dan menyatukan berbagai kerajaan di Nusantara, mulai dari Sumatera, Jawa, Sunda, hingga wilayah timur seperti Bali dan Lombok. Bahkan, sumpah ini mencakup rencana ekspansi ke Semenanjung Malaya dan sekitarnya.
Tekad ini lahir dari pengalaman Gajah Mada yang pernah gagal dalam Pemberontakan Sadeng, membuatnya semakin haus akan kejayaan Majapahit. Hasilnya? Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan, menguasai hampir seluruh wilayah maritim Asia Tenggara pada abad ke-14.
Tapi, apa makna Sumpah Palapa bagi kita hari ini? Di era modern, sumpah ini bukan lagi soal penaklukan militer, melainkan semangat persatuan yang kita butuhkan. Bayangkan, di tengah tantangan global seperti perubahan iklim atau konflik geopolitik, tekad Gajah Mada mengajak kita untuk meletakkan ego pribadi demi kepentingan bersama.
Baru-baru ini, pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila di 2025, para pemimpin nasional sering merujuk sumpah ini sebagai inspirasi untuk memperkuat integrasi bangsa. Organisasi seperti Kementerian Pendidikan juga memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah untuk membangun rasa bangga akan warisan leluhur kita.
Kita bisa belajar banyak dari Gajah Mada. Ia menunjukkan bahwa kesuksesan besar dimulai dari komitmen kecil tapi teguh. Sumpah Palapa mengingatkan kita bahwa Nusantara bukan hanya nama geografis, tapi ikatan jiwa yang harus dijaga.
Jadi, lain kali mendengar istilah ini, ingatlah: itu adalah panggilan untuk bersatu, bukan terpecah. Dengan semangat seperti itu, kita bisa membangun Indonesia yang lebih kuat di masa depan.