Studi Kiel: Miliaran Dolar Digelontorkan China untuk Dominasi Mobil Listrik

Muhamad Adin ArifinSelasa, 16 April 2024 | 21:47 WIB
Studi Kiel: Miliaran Dolar Digelontorkan China untuk Dominasi Mobil Listrik
Studi Kiel: Miliaran Dolar Digelontorkan China untuk Dominasi Mobil Listrik

Diksia.com - Studi terbaru dari Kiel Institute for the World Economy di Jerman, yang dikutip oleh Bloomberg, mengungkap bahwa Cina telah menggelontorkan miliaran dolar untuk mendongkrak daya saing industri kendaraan listrik (EV) lokal.

Lembaga kajian kebijakan yang menjadi penasihat pemerintah Jerman ini melaporkan, total bantuan Cina untuk kendaraan energi baru (NEV) mencapai sekitar $5,6 miliar hingga tahun 2022, saat pembayaran langsung ke produsen mulai dihapuskan. NEV mencakup mobil listrik murni (EV), plug-in hybrid (PHEV), dan kendaraan sel bahan bakar (FCEV).

Perusahaan BYD tercatat sebagai penerima manfaat terbesar dari skema dukungan Cina. Raksasa otomotif Tiongkok ini meraup $3,7 miliar dalam bentuk bantuan langsung dari tahun 2018 hingga 2022. Bagian terbesar didapatkan pada tahun 2022, di mana BYD menerima suntikan dana $2,2 miliar dari pemerintah Cina.

Menariknya, pesaing utama BYD di pasar domestik dan global, yaitu Tesla, turut menjadi penerima manfaat terbesar kedua dari skema dukungan Cina pada tahun 2022. Pabrikan mobil listrik asal Amerika Serikat ini menerima sekitar $426 juta dari pemerintah Cina untuk mobil yang diproduksi di fasilitas Shanghai mereka.

Lembaga kajian tersebut melaporkan bahwa skema subsidi pembelian langsung Cina telah dihapuskan pada akhir tahun 2022. Skema ini sebelumnya memberikan bantuan rata-rata antara $1.380 hingga $2.400 untuk setiap kendaraan energi baru yang diproduksi di Cina antara tahun 2010 dan 2022.

Dibandingkan dengan negara lain yang menawarkan semacam subsidi untuk pembelian kendaraan ramah lingkungan baru, termasuk Amerika Serikat, perbedaan terbesar di Cina adalah bahwa negara tersebut memberikan uang kepada produsen mobil, bukan kepada pembeli.

Meskipun skema subsidi khusus ini telah dihapuskan, pembeli kendaraan listrik berbaterai di Cina masih dibebaskan dari pembayaran pajak pembelian sebesar 10%.

Bahkan, pada tahun 2024 dan 2025, Cina akan menerapkan pembebasan pajak pembelian penuh untuk semua NEV, bukan hanya EV, yang setara dengan penghematan rata-rata sekitar $4.200 per kendaraan, menurut lembaga tersebut. Pembebasan ini akan dipotong setengah pada tahun 2026 dan 2027.

Lembaga kajian tersebut menambahkan bahwa selain subsidi langsung yang diterapkan hingga 2022, industri EV Cina juga diuntungkan dari harga subsidi untuk material penting seperti baja dan baterai, serta pengadaan pemerintah yang diskriminatif. Keduanya tergolong sulit untuk diukur.

“Sistem subsidi Cina yang sangat komprehensif dan tidak transparan mengaburkan perbedaan antara subsidi domestik yang tidak mendistorsi perdagangan dan subsidi yang dimaksudkan untuk membantu perusahaan domestik menaklukkan pasar ekspor dan dengan demikian mendistorsi perdagangan,” kata Kiel Institute for the World Economy Jerman.

Angka-angka tersebut memberikan perspektif baru setelah Komisi Eropa secara resmi meluncurkan penyelidikan anti-subsidi terhadap impor kendaraan bertenaga baterai dari Cina pada Oktober 2023.

Komisi berpendapat bahwa mereka menemukan bukti yang cukup kuat yang menunjukkan bahwa impor EV dari Cina mendapat keuntungan dari subsidi yang memungkinkan mereka untuk dengan cepat meningkatkan pangsa pasar mereka di Uni Eropa. Hal ini pada akhirnya dapat mengancam industri domestik Blok dan menurunkan motivasi investasi, kata Komisi.

Jika penyelidikan Komisi Eropa mengkonfirmasi tuduhan ini, Uni Eropa dapat mengenakan tarif retroaktif terhadap mobil bertenaga baterai yang diimpor dari Cina. Langkah ini tidak disambut dengan antusias oleh pemerintah Cina atau beberapa produsen mobil lokal Jerman tahun lalu.

Meningkatnya dominasi produsen EV Cina juga mendorong beberapa pejabat Amerika Serikat untuk menyuarakan dukungan terhadap kenaikan tarif.

Awal tahun ini, Senator AS Josh Hawley mengusulkan undang-undang untuk menaikkan total tarif impor kendaraan Cina menjadi 125% dari 27,5% saat ini. RUU tersebut juga berupaya menerapkan kenaikan tarif 100% untuk kendaraan yang dirakit di Meksiko oleh produsen mobil Cina.

Sumber: insideevs.com