“Kendalanya adalah Bulog tidak dapat memberikan SPHP tanpa permintaan dari ritel modern. Kami tidak dapat masuk ke setiap gerai ritel, sehingga kami harus melalui pusat distribusi ritel mereka,” ungkap Bayu.
Sebelumnya, kekosongan stok beras terjadi di sejumlah gerai ritel modern di wilayah Jabodetabek. Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, menjelaskan bahwa kekosongan tersebut disebabkan oleh lonjakan harga beras dari produsen.
Menurut Roy, harga yang ditawarkan oleh produsen sudah melampaui HET yang ditetapkan. Namun, aturan HET masih mengikat peritel dalam penjualan beras, yang membuat mereka mengalami kerugian jika terpaksa membeli beras dengan harga tinggi.
Roy juga mengakui bahwa pasokan beras SPHP dari Bulog tidak berjalan lancar. Oleh karena itu, peritel mendesak pemerintah untuk bertindak sebagai wasit dalam mengatur produsen agar tidak menjual beras dengan harga yang terlalu tinggi.
“Beberapa ritel tidak dapat memesan beras komersial karena harga yang ditawarkan oleh produsen terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi kami,” ujar Roy.
Sumber: ekonomi.bisnis.com /Dwi Rachmawati