Ungkit Debat Cawapres, Cak Imin: Jangan Ngaku Pemuda Kalo Ngumpet di Balik Ketiak Opa-opa

RediksiaMinggu, 28 Januari 2024 | 22:01 WIB
Calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, selepas deklarasi relawan Kawula Muda Nusantara (Rekan) AMIN di Jakarta
Calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, selepas deklarasi relawan Kawula Muda Nusantara (Rekan) AMIN di Jakarta, Minggu (28/1/2024).(KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN)

Diksia.com - JAKARTA – Nomor urut 1 calon wakil presiden, Muhaimin Iskandar, dengan sinis menyinggung seseorang yang dia sebut sebagai “opa-opa” yang terlalu sibuk merespon setiap ucapannya dalam debat cawapres pada 21 Januari yang lalu.

Dalam pertarungan kata-kata itu, Muhaimin terlibat dalam argumen dengan urutan ke-2, Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, terkait masalah hilirisasi nikel dan dampak buruk ekologis yang muncul.

“Debat itu seharusnya melibatkan kedua belah pihak, bukan hanya satu yang membalas orang lain,” ucap Muhaimin ketika memberikan deklarasi di acara relawan Kawula Muda Nusantara (Rekan) AMIN di Jakarta pada Minggu (28/1/2024).

Tak tanggung-tanggung, Muhaimin juga menyindir Gibran secara tak langsung, menyatakan bahwa Gibran sepertinya membutuhkan “opa-opa” untuk memperjuangkan argumennya.

“Jika kamu ingin berdebat dengan saya, tunjukkan bahwa kamu bisa membantah, jangan cari pertolongan pada orang lain. Jangan sekali-kali mengklaim sebagai pemuda jika kamu hanya berlindung di balik ketiak opa-opa lainnya,” tegasnya.

Sejak berakhirnya debat cawapres, Muhaimin terus berbalas pantun dengan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan (76), mengenai program hilirisasi yang dijalankan oleh pemerintahan Joko Widodo dengan sembrono.

Awalnya, isu ini muncul saat Cak Imin, dalam debat keempat Pilpres 2024 pada 7 Januari lalu, menyatakan bahwa program tersebut menimbulkan dampak negatif yang serius karena tidak dijalankan dengan hati-hati.

Dampaknya sangat serius, mulai dari kerusakan lingkungan hingga ledakan berulang di lokasi smelter yang menyebabkan banyak korban.

Cak Imin juga mengkritik dominasi tenaga kerja asing di proyek-proyek hilirisasi pemerintah dan kurangnya kontribusi program hilirisasi untuk kesejahteraan rakyat Sulawesi.

“Pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah bisa mencapai 13 persen, tetapi rakyatnya tetap miskin dan tidak mendapatkan manfaat. Bagaimana kita bisa melakukan hilirisasi, sementara praktik ilegal terus berlanjut?” ungkap Cak Imin dalam debat tersebut.