La Nina Usai, BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Normal Tanpa Anomali

RediksiaSabtu, 15 Maret 2025 | 19:15 WIB
La Nina Usai, BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Normal Tanpa Anomali
La Nina Usai, BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Normal Tanpa Anomali

Diksia.com - Fenomena anomali iklim La Nina resmi dinyatakan telah mereda pada pertengahan Maret 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Maret 2025 pada Kamis (13/3/2025), yang mengungkapkan bahwa indeks Indian Ocean Dipole (IOD) berada pada kisaran netral dengan nilai -0,31.

Fase netral ini diperkirakan akan bertahan hingga paruh kedua tahun ini. Sementara itu, anomali suhu permukaan laut (SST) di wilayah Nino 3.4 mencatatkan indeks 0,30, menandakan kondisi El Nino Southern Oscillation (ENSO) juga netral dan stabil hingga semester kedua 2025.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengukuhkan temuan ini dalam konferensi pers virtual hari ini. “La Nina telah usai. Musim kemarau tahun ini akan berlangsung normal. Semoga kondisi cuaca mendukung aktivitas masyarakat,” ujarnya optimistis.

Kapan Musim Kemarau Bermula?

Transisi menuju musim kemarau di Indonesia diprediksi berlangsung bertahap. Dwikorita menjelaskan bahwa sejumlah wilayah akan mulai merasakan kekeringan sejak Maret hingga April 2025.

“Secara spesifik, musim kemarau 2025 telah dimulai pada Maret ini di enam zona musim, atau setara 0,86% dari total zona musim nasional,” ungkapnya.

Perubahan ini tak lepas dari pergantian pola angin. Angin monsun Asia yang berciri basah mulai beralih menjadi angin monsun Australia yang kering. “Awal musim kemarau selalu berkaitan erat dengan peralihan angin ini,” tambah Dwikorita.

Wilayah Terdampak dan Perkembangannya

Pada April mendatang, kekeringan akan melanda beberapa kawasan seperti Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa Barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga Nusa Tenggara Timur.

Memasuki Mei, cakupan musim kemarau diperkirakan meluas. Sebagian kecil Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, dan Papua bagian selatan akan turut terdampak.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menegaskan bahwa musim kemarau tahun ini bersifat normal tanpa gangguan signifikan dari ENSO atau IOD.