Krisis Kesehatan di India, Amuba Pemakan Otak Renggut 19 Nyawa

Muhamad Adin ArifinSabtu, 20 September 2025 | 17:18 WIB
Krisis Kesehatan di India, Amuba Pemakan Otak Renggut 19 Nyawa
Amuba pemakan otak tewaskan 19 orang di India. Foto/india today

Diksia.com - Sebuah wabah langka yang mematikan, yang disebabkan oleh mikroorganisme yang dijuluki “amuba pemakan otak”, telah menewaskan 19 orang di negara bagian Kerala, India selatan.

Peristiwa ini memicu kekhawatiran serius di tengah otoritas kesehatan setempat. Pejabat mengonfirmasi krisis yang semakin mendalam ini pada hari Kamis, 18 September 2025.

Penyakit ini, yang secara klinis dikenal sebagai Meningoensefalitis Amuba Primer (PAM), dipicu oleh Naegleria fowleri, suatu amuba mikroskopis yang secara alami berhabitat di air tawar bersuhu hangat dan tanah.

Setelah menginvasi tubuh melalui rongga hidung, organisme ini menyerang secara agresif jaringan serebral. Invasi ini memicu edema dan inflamasi yang berujung pada kerusakan fatal dalam hitungan hari.

Para pasien di Kerala, dengan rentang usia yang ekstrem dari tiga bulan hingga 91 tahun, mempersulit upaya untuk mengidentifikasi sumber paparan yang seragam atau menahan eskalasi penyebarannya.

Menteri Kesehatan, Veena George, menggambarkan situasi ini sebagai “kegawatan kesehatan masyarakat.”

“Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya ketika wabah terkonsentrasi dalam klaster yang terkait dengan satu sumber air, kali ini kami tidak melihat adanya klaster tersebut,” jelas George kepada NDTV News.

Ia menambahkan, “Ini adalah kasus-kasus tunggal dan terisolasi, yang telah mempersulit investigasi epidemiologis kami.”

George menggarisbawahi urgensi respons medis yang cepat. “Deteksi dini adalah kuncinya,” tuturnya, seraya mencatat bahwa tingkat kelangsungan hidup di Kerala mencapai 24%, jauh melampaui rata-rata global yang berada di bawah 3%.

Keberhasilan relatif ini, ia tekankan, berasal dari diagnosis yang tepat waktu dan pemanfaatan miltefosin, sebuah obat antiparasit.

Seorang dokter pemerintah, yang berbicara kepada AFP, menyatakan bahwa meskipun jumlah kasus masih kecil, “pengujian ekstensif sedang dilakukan di seluruh negara bagian untuk mendeteksi dan mengobati kasus yang teridentifikasi.”

Otoritas telah meningkatkan langkah-langkah sanitasi air dan mendesak penduduk untuk menghindari sumber air tawar yang tidak diklorinasi atau stagnan.

Menurut dokumen pemerintah Kerala, PAM secara selektif menyerang sistem saraf pusat dan secara disproporsional memengaruhi individu yang sehat—terutama anak-anak, remaja, dan dewasa muda.

Para pakar menekankan bahwa infeksi tidak terjadi akibat konsumsi air yang terkontaminasi. Sebaliknya, infeksi terjadi ketika amuba masuk ke saluran hidung, biasanya saat berenang, mandi, atau menyelam di air yang tidak aman.