Alberto Fujimori, Mantan Presiden Peru yang Terjerat Kasus Hak Asasi Manusia, Meninggal Dunia

Muhamad Adin ArifinKamis, 12 September 2024 | 13:05 WIB
Alberto Fujimori, Mantan Presiden Peru yang Terjerat Kasus Hak Asasi Manusia, Meninggal Dunia
Calon presiden Alberto Fujimori melambaikan tangan kepada para pendukungnya setelah memberikan suaranya dalam pemilihan presiden putaran kedua melawan novelis Mario Vargas Llosa di Lima, Peru, 10 Juni 1990. (Foto: Matias Recart/AP)

Diksia.com - Alberto Fujimori, mantan presiden Peru yang masa pemerintahannya dimulai dengan prestasi mengatasi krisis ekonomi dan mengalahkan pemberontakan brutal, namun berakhir dalam skandal otoritarian yang membawanya ke penjara, meninggal dunia pada usia 86 tahun. Kabar duka ini diumumkan oleh putrinya, Keiko Fujimori, melalui unggahan di X.

Fujimori, yang memerintah dengan tangan besi dari 1990 hingga 2000, mendapatkan pengampunan pada Desember lalu atas tuduhan korupsi dan tanggung jawab atas pembunuhan 25 orang. Putrinya menyebutkan pada Juli lalu bahwa Fujimori berencana mencalonkan diri untuk kursi kepresidenan Peru untuk keempat kalinya pada tahun 2026.

Awal karir politik Fujimori yang mengejutkan dimulai ketika ia keluar dari dunia akademis dan meraih kemenangan dalam pemilihan presiden Peru tahun 1990, mengalahkan penulis terkenal Mario Vargas Llosa. Dalam perjalanan karir politiknya yang penuh gejolak, ia sering membuat keputusan berisiko yang terkadang mendapatkan pujian dan kadang-kadang kecaman.

Mengambil alih sebuah negara yang dihantam inflasi yang tidak terkendali dan kekerasan gerilya, Fujimori melakukan perbaikan ekonomi dengan langkah-langkah berani, termasuk privatisasi besar-besaran industri negara. Mengalahkan pemberontak Shining Path membutuhkan waktu lebih lama, tetapi akhirnya mendapatkan dukungan luas.

Namun, kepresidenan Fujimori runtuh dengan cara yang dramatis. Setelah sempat menutup Kongres dan memaksakan masa jabatan ketiga yang kontroversial, ia melarikan diri dari negara pada tahun 2000 setelah video penyuapan oleh kepala intelijennya, Vladimiro Montesinos, bocor. Presiden tersebut melarikan diri ke Jepang, tanah orang tuanya, dan secara terkenal mengirimkan pengunduran dirinya melalui faks.

Lima tahun kemudian, Fujimori mengejutkan pendukung dan lawan politiknya ketika tiba di Chili, di mana ia ditangkap dan diekstradisi ke Peru. Ia berharap bisa mencalonkan diri lagi pada pemilihan presiden Peru tahun 2006, namun akhirnya harus menghadapi pengadilan atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan.